Belajar Dari Pengalaman

"Beberapa orangtua percaya, anak harus dididik dengan penuh kelembutan dan pengertian, agar kelak mereka bisa tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang dan kebijaksanaan."

"Beberapa lainnya percaya, anak harus dididik dengan disiplin dan keras agar mereka tangguh menghadapi dunia luar. Agar ketika mereka menemukan duri di tengah jalan, mereka tidak mudah menyerah. agar mereka kelak tumbuh menjadi anak yang tidak mudah patah."

Kita bagaimana?
Jika menjadi orangtua, kita akan menjadi tipe orangtua yang mana?

Pertanyaan ini cukup menggelitik. 
Wajar jika setiap orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. Dan untuk sampai ke sana, maka berbagai usahapun dilakukan. Dengan ragam cara yang luar biasa banyaknya.
Tetapi setelah diamati lagi, sepertinya pola mendidik bukan satu-satunya penentu karakter seorang anak. Ia sangat mendominasi memang, tetapi bukan satu-satunya penentu.

Kadang sebagai orangtua, kita luput menyadari bahwa anak lahir dengan karakternya masing-masing. Kadang tidak peduli seberapa besar kita mencoba menanamkan sebuah nilai, seorang anak masih saja ada yang berjalan meninggalkan nilai yang ingin kita tanam. Kadang ada yang begitu mudah menerapkan nilai itu tanpa kita susah-susah menanamkan.

Yang pasti satu,
"Daripada mendengarkan, seorang anak memang lebih pandai meniru."
Jika orangtua membentak, dengan dalih demi kebaikan anak, sebenarnya yang lebih tertanam pada anak bukanlah kebaikan itu, sebaliknya ia justru juga akan belajar cara membentak.

Orangtua memang kadang sulit mengaku salah, jika ia telah berbuat salah. Orangtua cenderung ingin selalu menjadi benar dan menyalahkan anak jika ada sesuatu yang kurang benar. Pola ini yang kurang baik dan harus dihilangkan. defensif is not something good. karena defensif yang semacam ini justru akan meninggalkan bekas yang buruk dalam hati seorang anak.

Bagaimanapun,
kita menyadari, mendidik memang bukan sebuah perkara mudah. terlalu keras bisa membuat anak berontak. terlalu lembut bisa membuat anak menjadi lepas kendali. menjadi tengah-tengah perlu kita pertimbangkan setiap waktunya. bagaimana dan bagaimana.

Satu hal lagi,
tidak peduli apa, 
Uswah.. jika kau nanti menjadi seorang Ibu, jadilah seorang pendengar yang baik, seorang pemberi nasihat yang hangat. Jadilah sosok ibu sekaligus teman. Jangan biarkan anakmu tumbuh dengan rasa takut untuk bercerita kepadamu. Jika anakmu tidak sepenuhnya menjadi seperti apa yang kau inginkan, mengertilah -- sesungguhnya ia sedang berkembang sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Jika ia berbuat salah, beri ia kesempatan untuk berbenah. Jangan biarkan pikiranmu menjadi buruk terhadap anakmu. arahkan dan jangan hakimi. Nasihati dengan lembut dan jangan marahi. Karena kelak kau akan menjadi ibu, maka jaga kata-katamu. Katanya perkataan seorang ibu terhadap anaknya adalah sebuah doa. 

Robbi hablii minas sholihin.



0 comments:

Post a Comment