NU atau Muhammadiyah?

Pertanyaan yang tidak asing.
NU atau Muhammadiyah?
PMII atau HMI?
netral atau masuk kelompok politik?

Secara kultural, aku NU. dan aku memang NU, dari lahir sampai sekarang. bukan NU yang ikut-ikutan, tetapi benar-benar NU dari hati, dengan sedikit tahu dasar, silsilah, dan sejarah. 

Tetapi bukan NU yang fanatik sehingga menganggap semua yang di luar NU salah. secara umum, NU memang dikenal toleran. kadang agak liberal, kata mereka yang di luar. bahkan tidak jarang juga di dalam tubuh NU ada perpecahan. ya itu sih normal. sangat wajar. coba sebut organisasi mana yang di dalamnya adem ayem tanpa hambatan.

semua organisasi punya dinamikanya masing-masing. pun dalam NU yang semasif itu. yang sebesar itu. ada banyak kepala. ada banyak keinginan. ada banyak tujuan yang seringnya berbeda. bahkan sayyidah Fathimah dan sayyid Alipun pernah berselisih. Mereka orang-orang terkasih Rasulullah. Apalagi yang hanya NU dengan berbagai manusia di dalamnya.

Sebagai warga NU, aku mengikuti nilai-nilai tasammuh, tawakkal, dan lain sebagainya itu. Sebagai warga NU juga, aku tidak selalu membenarkan apa-apa yang digaungkan oleh warga NU lainnya. Bukan tidak mungkin ada intrik politik di dalam apa yang mereka suarakan. Bukan tidak mungkin ada kepentingan kelompok. Meskipun secara organisasi, NU selalu mencita-citakan sebuah kebaikan. tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa mereka yang ada di dalam organisasi selalu berlaku sesuai dengan apa yang dicita-citakan.

yang belakangan aku coba pelajari,
manusia cenderung berkata sesuai dengan apa yang saat itu sedang ia rasa dan pahami.
Perselisihan di satu waktu bisa menjadi alasan mengatakan buruk.
Kedamaian di waktu yang lain bisa menjadi alasan mengatakan baik.
ada sisi di mana manusia akan tidak sejalan, biasanya mereka akan mengatakan hal-hal buruk.
ada juga sisi di mana manusia menemukan kecocokan, di situlah mereka mengatakan semua kebaikan.
kurasa tidak hanya politik yang mengasaskan kepentingan, tetapi seluruh kehidupan manusia. Hatinya.

untuk itu,
aku mencoba untuk selalu mendengar.
tentu ada alasan dari setiap perbuatan.
menuntut semua orang berlaku sesuai yang kita harapkan, rasanya mustahil.
yang bisa kita lakukan hanyalah mencoba bertoleransi.
jika bisa ditahan, pertahankan.
jika terlalu memuakkan dan tidak bisa dimengerti, tinggalkan.
sepertinya mengatakan hal-hal buruk tidak akan menambah nilai kebaikan bagi kita. justru sebaliknya, menampakkan bahwa kita tidak cukup lapang, atau mungkin tidak cukup baik.
tentu selalu ada pengecualian. 
entah pengecualian yang bagaimana.
kan cara melihat manusia tidak sama.

0 comments:

Post a Comment