Meramu

MERDABA ~ Meramu Damai Bersama

SASTRA

Goresan Tinta Cerpen dan Puisi

BOOK CORNER

Temukan Rekomendasi dan Review Buku dari Meramu.com

SEPUTAR ISLAM

Artikel Seputar Islam.

Biology Corner

Belajar Biologi Bersama

Time to Settle Down - Convincing Self

After wandering around, messing with love and hate, fooling with hope and despair, She is up to an end eventually - to a time when she has to settle down. 

For her, it is not an easy thing to make such decision. 
A lot of doubts, fears, and others bad feeling haunt her. 

She asks herself, "Is this the best decision she could has?"
She asks herself, "Is this the right thing to take?"

(To be continued)

KOTA SERIBU CERITA: YOGYAKARTA

Hasil gambar untuk yogyakartaMembincang Yogya seperti membincang kisah dalam dongeng 1001 malam. Tidak ada matinya. Yogya memiliki daya tarik tersendiri, yang membuat siapapun akan merasa ketagihan untuk berkunjung lagi.

Selain kekhususannya karena memiliki julukan Daerah Istimewa, Yogya masih lekat dengan budaya nusantara. Itu menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi Yogya.

Beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke Yogya, aku dibuat rindu dengan nuansa pendidikan yang begitu kentara. Yogya menawarkan kita sebuah lingkungan yang progesif. Di sana dapat kau temukan apa saja yang ingin kau cari. Forum diskusi, forum kajian agama, pertunjukan budaya, kehidupan sederhana, keluarga keraton, dan banyak lagi lainnya.

Begitu kita menyebut kata Yogya, tentu pikiran kita salah satunya akan tertuju pada Universitas Gajah Mada, kampus yang namanya sudah semerbak dan menjadi incaran banyak orang. Dulu, aku sempat mendaftar di kampus bonafid tersebut, tetapi takdir berkata bahwa aku harus menimba ilmu di Malang. Jadilah, selama beberapa tahun setelah aku lulus SMA, aku masih asing dengan Yogya. dan asyik berjibaku dengan Malang.

Setelah memasuki dunia kerja, entah kenapa ada saja yang mengantarkanku ke Yogya. Dan aku bersyukur sekali diberi kesempatan itu.

Terakhir kali ke Yogya, aku berkesempatan menginap 3 malam. Karena waktu itu dalam rangka diklat, maka aku berangkat sendiri. Bermodal bismillah dan tekad, aku menghubungi teman mondok di Malang yang saat itu tengah menempuh S2 di UIN Sunan Kalijogo.

Call her Mbak Rifa.

Mbak Rifa mengiyakan permintaanku untuk menginap di kamar kos Beliau, yang letaknya dekat dengan komplek Pondok Krapyak.

Di hari pertama, Allah menganugerahiku kesempatan untuk bertemu dengan Abah, KH. Marzuki Mustamar. Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Sabilurrosyad, tempat aku mondok di Malang selama 4 tahun.

It was kinda a great blessing, semenjak lulus dari Malang, aku belum pernah menjumpai Beliau, dan bisa bertemu lagi itu rasanya bahagia.

Waktu itu Abah mengisi pengajian di Puncak Haul KH. Ali Maksum Krapyak. Sayangnya, karena aku tipe orang yang easy sekali mabuk darat, akhirnya dalam perjalanan berangkat aku minum antimo, yang efeknya ternyata sampai malam. Jadi apa yang Abah dhawuhkan, tidak sepenuhnya tercerna dengan baik. Tetapi aku pernah mendengar, segala sesuatu bergantung pada niatnya, semoga niat baikku untuk hadir di pengajian malam itu, cukup menjadi alasan diberikannya keberkahan.

Aku dan Mbak Rifa berjalan kaki hampir 15 menit dari tempat pengajian ke kamar kos. Setelahnya kami berbincang sedikit seputar kehidupan kami masing-masing. Suka duka yang telah ditempuh. dan kesan-kesan setelah tidak lagi mondok. Ada perasaan rindu bercampur haru. Ada perasaan ingin mengulang masa-masa di Malang. yang kesemua perasaan itu kemudian kami usaikan dengan tidur.

Di hari kedua, Mbak Rifa mengajakku berkeliling Marlboro dan mengunjungi beberapa tempat. I feel like I am a tourist haha.

Pagi hari ketiga, karena Mbak Rifa harus mengurusi Thesis di kampus, Beliau akhirnya meminjamiku sepeda motor. Itu pertama kalinya aku bersepeda di Yogya. Dengan rasa percaya diri yang tinggi aku mengendarai motor keliling Yogya. Sempat beberapa kali nyasar dan transit di beberapa tempat untuk tanya-tanya orang, tetapi rasa puasnya sebanding dengan rasa putus asa karena takut tidak tahu jalan pulang.

Siang itu, aku memutuskan untuk menghubungi mas Bakhru setelah membeli bakpia pathok. Mas Bakhru adalah senior di komunitas Gusdurian Malang yang saat itu tengah menempuh S2 Kimia di UGM. Aslinya aku tidak begitu akrab dengan Mas Bakhru, yah.. tapi ketika kau tengah berada di kota perantauan, maka siapapun bisa jadi akrab bukan? :D

Aku dan Mas Bakhru sepakat bertemu di Cafe Basabasi. Berbekal google map aku mencari cafe yang dimaksud. so sad, karena jalan utama menuju kafe itu di blokir sehubungan dengan adanya perbaikan jalan. Waktu itu aku jadi bolak-balik di jalan yang sama. Bingung mau ke mana. dan aku lupa, entah bagaimana aku bisa menemukan jalan ke sana.

Begitu aku tiba di Cafe Basabasi, hari sudah menjelang petang. Aku memesan segelas kopi susu lalu duduk di tempat yang sudah dipesan Mas Bakhru. Kami memilih tempat duduk lesehan dengan pertimbangan akan lebih leluasa bergerak.

"Di sini biasanya ada forum-forum diskusi. Kapan hari Faisal Oddang datang ke sini. Diskusi seputar cerita pendek. Kapan hari lagi ada tokoh-tokoh muda juga yang ke sini. Tapi sayang, begitu Uswah ke sini, kok ndak ada forum apa-apa :D" sambut Mas Bakhru.

Aku tertawa. Mungkin memang belum rezeki untuk mengikuti diskusi di Cafe Basabasi.
Satu hal yang membuatku betah di sana, tempatnya luas, bersih, nuansa alamnya dapat, dan ada mushola legnkap dengan mukenanya yang harum. Sebuah kafe yang pas dibuat nongkrong sambil nugas. Ditambah lagi, depan Cafe basabasi itu ada sungai kecil. pas lah pokoknya.

"Aku biasanya kalau udah di sini itu, Stay dari sore sampai pagi. Nginep-nginep sini. Tidur-tidur. Lumayan lah, cuma bayar berapa buat beli menu terus dapat tempat sama wifi sepuasnya."

Aku tertawa lagi, begitu enaknya laki-laki, bebas ke manapun mau pergi dan melakukan apapun. Tapi aku suka sekali dengan ide menginap di cafe basabasi, andainya aku Mahasiswa Yogya mungkin sekali dua kali aku juga akan melakukan hal yang sama.

Setelahnya kami sibuk dengan laptop masing-masing. Aku tengah merampungkan cerpenku dan Mas Bakhru sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Sampai mbak RIfa datang tidak lama sebelum maghrib, kami masih hening.

Kebetulan waktu itu Mbak Rifa datang bersama dengan Mas Herba yang baru saja selesai ujian, kami jadi sekalian merayakan ujiannya mas Herba dan suasana yang tadinya hening jadi hidup. Karena sama-sama penulis amatir, kami berempat jadi sibuk membincang berbagai macam tulisan.

"Yogya ini akan mengasah bakat menulismu Mbak. Di sini banyak sastrawan dan orang-orang hebat, yah meskipun kalau bertemu di jalan, sampean ndak akan sadar kalau itu sastrawan"

Aku menyepakati ucapan Mas Herba. Yogya memang gudangnya banyak hal.

Setelah nongki ala-ala di basabasi cukup lama, aku dan Mbak Rifa izin undur diri lebih dulu. Mbak Rifa mengajakku untuk mendengarkan kajian filsafat Gus Faiz. katanya eman kalau udah di Yogya tapi ndak sempet mendengarkan kajian filsafatnya Gus Faiz.

Akhirnya kita cuss ke sana dan ndelalah ketemu sama mbak Anifa Hambali dan Mas Ali Adhim. Dunia memang sesempit itu. Benang merahnya terhubung sana sini.

Dan pengembaraanku di Yogya cukup untuk sementara waktu. Aku masih betah berlama-lama di Yogya tetapi tugas sudah menunggu. Pagi harinya, aku pulang ke Tuban dengan sepatu yang masih setengah basah karena malamnya - sepulang dari pengajian gus Faiz- hujan turun dengan lebatnya dari masjid sampai ke kosan yang jaraknya hampir 45 menit.

Untungnya naik kereta. jadi perjalanan tidak begitu terasa, meskipun kaki tetap terasa lembab. sayangnya, kereta bisanya cuma sampai Surabaya. jadi, dari Surabaya ke Tuban harus tetap naik bis.

Semoga ke depan Tuban ada statiun kereta apinya juga biar kalau kemana-mana easy dan ndak perlu khawatir mabuk darat :D

See you again and again Yogya ^^









ONLY LOVE CAN HURT LIKE THIS

I have been walking this far. See the world with my eyes. Feel every vibration with my senses. As I walk, I meet people. As I run, at some point I fall and then get up again. To me, world is no more than a circumstance of struggle.

Aku Selesai Denganmu

I am done.

Aku memang mencintaimu, tetapi aku tidak memiliki pilihan lain kecuali melepaskanmu. Setelah sejauh ini berkelana, mengembara dalam naik turunnya rasa, aku memutuskan untuk menyudahi segala hal tentangmu. Bukan tak ingin memperjuangkan, bukan berarti sedangkal ini cinta yang telah bertumbuh, tetapi manusia hidup tidak hanya dengan cinta. Lebih dari cinta itu, ada realita yang harus kita hadapi. Ada kenyataan yang menunggu untuk kita jalani.

Berulang kali kutepis keraguan agar tetap dapat mencintaimu dengan utuh, demi bahagia yang didamba, demi mimpi-mimpi yang ingin kujalani bersamamu. Tetapi menyadari jarak yang ada, memikirkan lagi siapa aku dan siapa engkau, kupikir memang sudah semestinya kulepaskan kau sejak dulu.

Tidak seharusnya berlarut-larut dalam penantian tak ada ujung ini, menghukum diri sendiri dengan rindu tak bertepi. Menjalani ilusi yang tidak pasti.

Kini, kutetapkan hati untuk mengusaikan perasaan ini. Kurelakan diri tak mengiringi langkahmu nanti. Kita akan berjalan dalam koridor masing-masing, kita akan melangkah dalam jalan masing-masing. Aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu. Tentunya, melihat siapa engkau, aku yakin seorang perempuan yang jauh lebih baik dariku akan ditetapkan menjadi pendampingmu, dia yang akan mengiringimu berlari, dan menemanimu menjalani pasang surutnya hidup. Dia yang kelak akan menjadi rumah untuk kembali dari setiap perjalanan yang kau tempuh.

Ini yang terbaik. Aku percaya itu.
Usah kau ragukan apapun lagi. Mungkin memang benar, benang merah kita cukup sampai di sini. Setelahnya, tak terhubung lagi.

TRUE LOVE WILL FIND YOU IN THE END

Hasil gambar untuk hABIBIE AINUNThree days ago, we suffered a deep condolence from a lost. Sir Baharuddin Jusuf Habibie -the third president of Republic of Indonesia- passed away after suffering from a heart failure.

To me, Sir Rudy Habibie is not only a technocrat, but also a true lover, an inspiration, and a bright light. He is a good moslem. Just remember when his father was dead. At the time, Sir Rudy Habibie and his Family were praying together, but his father was dead mid of the praying, little habibie then replaced his father to be imam for pray. Tears were break right after they done their praying. But see, how tough Habibie was, to replace his father in his deepest condolence.

Indonesian's Golden Person

Sir Rudy Habibie is one of Indonesian's golden person. Thus far, no one is comparable to him in mastering technology. No one doubts his capability. Everyone knows that Sir Habibie created a brillian innovation for aeroplane technology. Everyone knows that he is humble and up to date. 

It feels like he is still alive. His idea never die. and his name is eternal.

A True Lover

Who doesn't know the story of Habibie and Ainun?
From the very first sequel of the movie that is based on true story, I have decided to become an admirer. It inspires me of how both of Mister Habibie and his beloved wife living their life together.
Mister Habibie showed us of how a true love be like.  

He taught us for facing the problems with a big heart. He told us that no matter how hard the time we have, as long as we have people who truly love us surround us, we will always be okay again and again. The storms are true. but love is way stronger than the storm itself. and the highest level of love is a love because of Allah.

Ainun Is Not His First Love

People here know, Mrs. Ainun is not Mr. Habibie very first love. When study in Germany, he had a girlfriend but he didn't get blessing from his beloved mom. Doesn't tell how much he love the Germany girl. Doesn't tell how hurt it was, when the two loving person was urged to break up. 

Yet we know, that is how destiny works. 
No matter how deep our love is, no matter how hard our effort is, if we are not destined, what will we do? 

His breaking heart led him to a true love. He met Ainun. He fell for her. and Ainun fell for him. after the bitter, he found a light. He found his true love. It is clear then, first love is memorable, but the last love is the most important and precious.

We do love you Mister Rudy Habibie. You last in our heart. May Allah gives you the best place in His side.

Porch of Misty



“Our biggest problem is not someone else, sister. It is ourselves.”

Porch of Heart

Hasil gambar untuk petrichor
September should be the last month for dry season in 2019. and in the following months, I will see the sun not so often, I will have the rain pouring in each day, and the earthy scent what-so-called petrichor will warm my heart.

Perihal Mencintai, Semua Orang Pemula

Hasil gambar untuk plant seed
Tentang perasaan, ia adalah salah satu konsep paling abstrak dalam kehidupan.
Menyoal perasaan tidak ada matinya. Karena dalam hidup, manusia selalu bergelut dengan rasa. Rasa apa saja. Dan memang begitulah kenyataannya, hidup adalah perjalanan mengulang, membangun, dan menyingkirkan rasa.

Mengikuti perasaan itu, atau melepaskannya - semua itu pilihan kita. Keputusannya ada di tangan kita. Entah hasilnya bagaimana, itu sudah menjadi konsekuensi yang harus kita terima. Tetapi paling tidak, jika kita berani mengambil langkah dari apa yang kita rasa dan ingin usahakan, kita akan tahu hasilnya, tanpa perlu penasaran dan menyesal di kemudian hari.

Bagaimana jika kutanyakan kepadamu hal seperti ini,
suatu saat nanti, jika kebetulan orang yang kau cintai justru lebih bahagia hidup bersama orang lain, apa yang akan kau lakukan?

Apapun jawabanmu. Kurasa, membiarkan perasaanmu perlahan terkikis, dan berdamai dengan hatimu adalah pilihan terbaik. Membiarkan hatimu terluka untuk sementara waktu, dan membiarkan ia pulih seiring berjalannya waktu sepertinya lebih baik, daripada kau harus selalu menanggung rindu yang tak perlu, mencintai seseorang yang bahkan tidak melihatmu. Kau tahu itu lebih baik, daripada terus menerus memupuk harapan palsu.

Perihal Mencintai, kita semua awam. kau dan aku, dia dan mereka, kita semua awam.
Berapa lama cinta akan bertahan jika tak senantiasa dipupuk?
Butuh berapa cinta bisa lekang jika kita telah berketetapan hati untuk membiarkannya hilang?
Jawabannya tak perlu kita perdebatkan, bukan?

Mengingat kita semua awam, maka biarkan setiap perasaan yang bersemi dewasa dengan sendirinya, dan jika harus lekang, biarkan ia lekang dengan sendirinya. Biarkan takdir menemukan titiknya masing-masing. Biarkan benang merah menyatukan yang perlu disatukan, dan menjauhkan yang tak seharusnya didekatkan.



STAY POSITIVE, NO MATTER WHAT

Hasil gambar untuk plant seed
Ada saat di mana kita telah mengusahakan yang terbaik, tetapi hasilnya masih belum baik. Ada saat di mana rencana kita telah begitu matang dan seakan-akan bisa terealisasi dengan sempurna, tetapi kenyataannya malah berbanding terbalik. Begitulah hidup.

What Do We Live For?

Hasil gambar untuk bekerjalah seperti kau hidup selamanya dan beribadahlah seperti kau mati besok


This is the very question disturbs me lately.

We live in this world as if we live forever after. We fight for our dreams. We work day and night. We are so busy to handle our business. Looking for happiness. Accomplish achievements. Collecting prides.