Tentang perasaan, ia adalah salah satu konsep paling abstrak dalam kehidupan.
Menyoal perasaan tidak ada matinya. Karena dalam hidup, manusia selalu bergelut dengan rasa. Rasa apa saja. Dan memang begitulah kenyataannya, hidup adalah perjalanan mengulang, membangun, dan menyingkirkan rasa.
Mengikuti perasaan itu, atau melepaskannya - semua itu pilihan kita. Keputusannya ada di tangan kita. Entah hasilnya bagaimana, itu sudah menjadi konsekuensi yang harus kita terima. Tetapi paling tidak, jika kita berani mengambil langkah dari apa yang kita rasa dan ingin usahakan, kita akan tahu hasilnya, tanpa perlu penasaran dan menyesal di kemudian hari.
Bagaimana jika kutanyakan kepadamu hal seperti ini,
suatu saat nanti, jika kebetulan orang yang kau cintai justru lebih bahagia hidup bersama orang lain, apa yang akan kau lakukan?
Apapun jawabanmu. Kurasa, membiarkan perasaanmu perlahan terkikis, dan berdamai dengan hatimu adalah pilihan terbaik. Membiarkan hatimu terluka untuk sementara waktu, dan membiarkan ia pulih seiring berjalannya waktu sepertinya lebih baik, daripada kau harus selalu menanggung rindu yang tak perlu, mencintai seseorang yang bahkan tidak melihatmu. Kau tahu itu lebih baik, daripada terus menerus memupuk harapan palsu.
Perihal Mencintai, kita semua awam. kau dan aku, dia dan mereka, kita semua awam.
Berapa lama cinta akan bertahan jika tak senantiasa dipupuk?
Butuh berapa cinta bisa lekang jika kita telah berketetapan hati untuk membiarkannya hilang?
Jawabannya tak perlu kita perdebatkan, bukan?
Mengingat kita semua awam, maka biarkan setiap perasaan yang bersemi dewasa dengan sendirinya, dan jika harus lekang, biarkan ia lekang dengan sendirinya. Biarkan takdir menemukan titiknya masing-masing. Biarkan benang merah menyatukan yang perlu disatukan, dan menjauhkan yang tak seharusnya didekatkan.
Menyoal perasaan tidak ada matinya. Karena dalam hidup, manusia selalu bergelut dengan rasa. Rasa apa saja. Dan memang begitulah kenyataannya, hidup adalah perjalanan mengulang, membangun, dan menyingkirkan rasa.
Mengikuti perasaan itu, atau melepaskannya - semua itu pilihan kita. Keputusannya ada di tangan kita. Entah hasilnya bagaimana, itu sudah menjadi konsekuensi yang harus kita terima. Tetapi paling tidak, jika kita berani mengambil langkah dari apa yang kita rasa dan ingin usahakan, kita akan tahu hasilnya, tanpa perlu penasaran dan menyesal di kemudian hari.
Bagaimana jika kutanyakan kepadamu hal seperti ini,
suatu saat nanti, jika kebetulan orang yang kau cintai justru lebih bahagia hidup bersama orang lain, apa yang akan kau lakukan?
Apapun jawabanmu. Kurasa, membiarkan perasaanmu perlahan terkikis, dan berdamai dengan hatimu adalah pilihan terbaik. Membiarkan hatimu terluka untuk sementara waktu, dan membiarkan ia pulih seiring berjalannya waktu sepertinya lebih baik, daripada kau harus selalu menanggung rindu yang tak perlu, mencintai seseorang yang bahkan tidak melihatmu. Kau tahu itu lebih baik, daripada terus menerus memupuk harapan palsu.
Perihal Mencintai, kita semua awam. kau dan aku, dia dan mereka, kita semua awam.
Berapa lama cinta akan bertahan jika tak senantiasa dipupuk?
Butuh berapa cinta bisa lekang jika kita telah berketetapan hati untuk membiarkannya hilang?
Jawabannya tak perlu kita perdebatkan, bukan?
Mengingat kita semua awam, maka biarkan setiap perasaan yang bersemi dewasa dengan sendirinya, dan jika harus lekang, biarkan ia lekang dengan sendirinya. Biarkan takdir menemukan titiknya masing-masing. Biarkan benang merah menyatukan yang perlu disatukan, dan menjauhkan yang tak seharusnya didekatkan.
0 comments:
Post a Comment