I am done.
Aku memang mencintaimu, tetapi aku tidak memiliki pilihan lain kecuali melepaskanmu. Setelah sejauh ini berkelana, mengembara dalam naik turunnya rasa, aku memutuskan untuk menyudahi segala hal tentangmu. Bukan tak ingin memperjuangkan, bukan berarti sedangkal ini cinta yang telah bertumbuh, tetapi manusia hidup tidak hanya dengan cinta. Lebih dari cinta itu, ada realita yang harus kita hadapi. Ada kenyataan yang menunggu untuk kita jalani.
Berulang kali kutepis keraguan agar tetap dapat mencintaimu dengan utuh, demi bahagia yang didamba, demi mimpi-mimpi yang ingin kujalani bersamamu. Tetapi menyadari jarak yang ada, memikirkan lagi siapa aku dan siapa engkau, kupikir memang sudah semestinya kulepaskan kau sejak dulu.
Tidak seharusnya berlarut-larut dalam penantian tak ada ujung ini, menghukum diri sendiri dengan rindu tak bertepi. Menjalani ilusi yang tidak pasti.
Kini, kutetapkan hati untuk mengusaikan perasaan ini. Kurelakan diri tak mengiringi langkahmu nanti. Kita akan berjalan dalam koridor masing-masing, kita akan melangkah dalam jalan masing-masing. Aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu. Tentunya, melihat siapa engkau, aku yakin seorang perempuan yang jauh lebih baik dariku akan ditetapkan menjadi pendampingmu, dia yang akan mengiringimu berlari, dan menemanimu menjalani pasang surutnya hidup. Dia yang kelak akan menjadi rumah untuk kembali dari setiap perjalanan yang kau tempuh.
Ini yang terbaik. Aku percaya itu.
Usah kau ragukan apapun lagi. Mungkin memang benar, benang merah kita cukup sampai di sini. Setelahnya, tak terhubung lagi.
Aku memang mencintaimu, tetapi aku tidak memiliki pilihan lain kecuali melepaskanmu. Setelah sejauh ini berkelana, mengembara dalam naik turunnya rasa, aku memutuskan untuk menyudahi segala hal tentangmu. Bukan tak ingin memperjuangkan, bukan berarti sedangkal ini cinta yang telah bertumbuh, tetapi manusia hidup tidak hanya dengan cinta. Lebih dari cinta itu, ada realita yang harus kita hadapi. Ada kenyataan yang menunggu untuk kita jalani.
Berulang kali kutepis keraguan agar tetap dapat mencintaimu dengan utuh, demi bahagia yang didamba, demi mimpi-mimpi yang ingin kujalani bersamamu. Tetapi menyadari jarak yang ada, memikirkan lagi siapa aku dan siapa engkau, kupikir memang sudah semestinya kulepaskan kau sejak dulu.
Tidak seharusnya berlarut-larut dalam penantian tak ada ujung ini, menghukum diri sendiri dengan rindu tak bertepi. Menjalani ilusi yang tidak pasti.
Kini, kutetapkan hati untuk mengusaikan perasaan ini. Kurelakan diri tak mengiringi langkahmu nanti. Kita akan berjalan dalam koridor masing-masing, kita akan melangkah dalam jalan masing-masing. Aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu. Tentunya, melihat siapa engkau, aku yakin seorang perempuan yang jauh lebih baik dariku akan ditetapkan menjadi pendampingmu, dia yang akan mengiringimu berlari, dan menemanimu menjalani pasang surutnya hidup. Dia yang kelak akan menjadi rumah untuk kembali dari setiap perjalanan yang kau tempuh.
Ini yang terbaik. Aku percaya itu.
Usah kau ragukan apapun lagi. Mungkin memang benar, benang merah kita cukup sampai di sini. Setelahnya, tak terhubung lagi.
0 comments:
Post a Comment