Meramu

MERDABA ~ Meramu Damai Bersama

SASTRA

Goresan Tinta Cerpen dan Puisi

BOOK CORNER

Temukan Rekomendasi dan Review Buku dari Meramu.com

SEPUTAR ISLAM

Artikel Seputar Islam.

Biology Corner

Belajar Biologi Bersama

IT IS JUST NORMAL


Some people are good enough to see the (little) flaw of a person while forgetting their own. And it is normal. very normal. Most of people are so.
Jack Ma, the founder of Alibaba said "People able to see even just a half of mistake clearly but disable to see million of good side from a person".
here, we underline the word of Doing Mistake. 
Not all of people have sense to tolerate others. What they care is their own needs and tendencies. from 100 percent of human being maybe there is just 10 to 15 percent who is really care to others' problem, the rest just want to know to fulfill their astonish feeling.
So I suggest you to think twice or even three times before telling your problem to someone, particularly someone new that you don't know them about.
If you really need a place to share, just share with your family, your close one, or just write it down on a book. I think it is much more effective than telling your problems to everyone.
Nevertheless, we should not be negative after knowing the fact. Not all people are like that. There are still people who really care although just one or two or three which stay in our circumtance.
The very point is we ought to be one of that good people. we get to stay positive no matter how negative our circumtance is. Keep going ahead even the situation sometimes hurt you a lot.
If some people hate you, just remember you still have other people love you. just focus on that love, not that hate. and keep doing good deed, okay? :)



Andai Dengan Melihatmu




Andai saja dengan melihat kedua matamu bisa membuatku memilikimu, maka aku telah memilikimu sedari dulu. Tetapi hatiku yang bergetar hebat tidak pernah bisa sampai kepadamu.


THERE WILL ALWAYS BE



There will always be bad times yet having a friend who is always supporting is invigorating.

FIRST TIME OF YOU



It was rainy day
Right in the middle of Ramadhan day
You told me many thing

-Aurora Borealis, Photograph, Education, Passion-
and everything.

I hardly found my self fell into you,
deep into your charming.

Later I decided to love you
with full of my heart.
I could not see someone else just you

But then by the time flew
I found you were not alone as the first time of you

and the last thing I could do was leaving you.
till now I saved this goodbye for you.

- Hi You! Please be Happy.

To The Last You



Life is really a battlefield with no coma,
Just one thing you need to do:
Stay Still, Stay put, and Please Be Tough.
Then you will win.

Tuban - Oct 25 2018

But Well

But Well, Life was basically designed to break our heart.

To Be FRIEND



To be friend does not mean to deal everything in one way. Sometimes we have to be different, sometimes we fight, sometimes we even hate, but to be friend means we have to deal with everything and the biggest one is forgiving.

Coba Deh Terapin 6 Prinsip BJ. Habibie Berikut kalau Kamu Pengen Sukses di Usia Muda

Siapa sih yang ga kenal Baharuddin Jusuf Habibie?
Kalau sampai ga kenal kebangetan banget ya pastinya. Secara jasa Beliau untuk Indonesia ini sudah uncounted. Tak terhitung.

Selain pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia, meskipun dalam waktu yang relatif singkat, BJ. Habibie ini juga terkenal dengan kecerdasannya yang luar biasa.

Selain itu, dua film (Habibie Ainun dan Rudy Habibie) yang laku keras di pasaran membuat kalian akan jadi kuper banget kalau sampai ga kenal dengan tokoh satu ini.

Kira-kira apa sih yang bisa membuat karir Beliau secemerlang sekarang?

1. BERTEKADLAH UNTUK MENJADI PRIBADI YANG BERGUNA BAGI LINGKUNGAN SEKITAR

2. APABILA KAMU SUDAH MEMUTUSKAN MENEKUNI SUATU BIDANG, JADILAH ORANG YANG KONSISTEN

3. MERAIH MASA DEPAN YANG CERAH TIDAK AKAN DIDAPAT DENGAN MUDAH, NAMUN DENGAN PENGORBANAN

4. JADILAH RIBADI YANG SELALU SIAP MENJALANI SETIAP TANTANGAN YANG DATANG KEPADAMU

5.JANGAN PERNAH BERHENTI MENGEJAR YANG KAMU IMPIKAN MESKI APA YANG DIDAMBA BELUM ADA DI DEPAN MATA

6. KEBERHASILAN BUKANLAH MILIK ORANG YANG PINTAR, TAPI MILIK MEREKA YANG SENANTIASA BERUSAHA

Tips & Trick Skripsi Part 2 -- Cara Mendapatkan Judul yang disukai Semua Dosen

Skripsi itu cari masalah!

Ya memang. Skripsi adalah proses mencari masalah di lingkungan sekitar kita yang kemudian kita teliti dan temukan solusinya. Mulia banget ga sih tujuan skripsi kalau begitu? :D

Tips and Trick SKRIPSI part 1


Hello Muda-ers

Kalian pasti sudah ga asing kan dengan istilah Tugas Akhir, Skripsi, atau apalah itu?
Pastinya dong. Biarpun pada tahun 2014 dulu sempat ada isu bergulir yang mengatakan bahwa Skripsi akan dibumihanguskan, tapi kenyatannya sampai pada tahun 2018 ini skripsi masih eksis dan tetap menjadi bulan-bulanan mahasiswa tua :D.

Mahasiswa semester akhir memang akan selalu disibukkan dengan satu mata kuliah yang hanya berbobot 4 SKS tetapi menyita waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Bergantung pada individu masing-masing sih ya, dan juga satu faktor penting yang tidak boleh terlupa: Dosen Pembimbing.

Dosen pembimbing (Dosbing) merupakan faktor penting dalam kecepatan pengerjaan skripsi. Tipe dosen pembimbing akan berpengaruh pada tingkat kesulitan dan kerunyaman skripsi kita. Selain itu, tipe dosen pembimbing berdasarkan tingkat kesibukan juga akan mempengaruhi seberapa cepat skripsimu akan selesai.

Nah, di sini kita akan mengupas beberapa tipe Dosen Pembimbing, mulai dari yang killer, yang serba memudahkan, dan yang taruh loker saja nanti saya koreksi.

Sebagaimana manusia nih Gaess, Dosbing juga bervariasi. Jadi kalian harus benar-benar mengenali masuk tipe manakah dosbing kalian itu. Biar apa? biar kalian tahu trik dan tips apa yang bisa kalian terapkan untuk menghadapi dosen tersebut, sehingga skripsi bisa selesai tepat pada waktunya.

Satu : TIPE DOSEN KILLER


Tipe dosen ini adalah tipe yang paling dihindari oleh sebagian besar mahasiswa. Alasannya jelas, Dosen Killer akan menuntut banyak hal dan yang paling tidak mengenakkan -- dosen killer tidak akan membiarkan satu bimbinganpun berlalu tanpa omelan.

Satu hal yang pasti akan kamu alami ketika bimbingan dengan Dosen killer adalah senam jantung. Tepat sebelum memasuki ruangan Dosen, kamu akan merasakan yang namanya deg-degan yang tidak disebabkan oleh faktor cinta. Ada perasaan was-was dan takut yang campur aduk menjadi satu. Keringat dingin akan merembes keluar dari telapak tangan, dan doa-doa akan otomatis terlantunkan.

Kalau untuk Tipe Dosbing satu ini, alhamdulillah aku sudah cukup merasakan dan berpengalaman Gaess.

Kebetulan Dosbing satuku dulu waktu kuliah di Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang terkategorikan dalam tipe killer dan busy. Jadi untuk bertemu beliau harus bener-bener nunggu waktu yang tepat dan rela antri berlama-lama karena mahasiswa bimbingan Beliau tidak cuma mahasiswa S1, tetapi juga mahasiswa S2 dan S3.

Most of mahasiswa di jurusanku enggan kalau mendapat Dosen satu ini. Selain memegang mata kuliah Ekologi, Dosbingku juga menjabat sebagai Wakil Dekan 1, yah meskipun ga sebusy rektor, tetapi tetap saja jam terbang Beliau tinggi. so, set up a right time to have bimbingan itu penting banget. Bahkan kadang harus rela nunggu mulai pagi sampai sore agar bisa bimbingan ke Beliau.


Mengakar dalam Menjulang Tinggi


Apapun itu. Dalami! Tekuni!
Tentang apa yang akan  kau dapatkan itu urusan nanti.
Tekuni saja. Tulus saja. dan kau akan tahu hasilnya.

Mengertilah

 

 Karena seberapapun jauhnya kita berjalan menjauh. Suatu saat langkah kita akan dipertemukan, Jika kita memang ditakdirkan. Tetapi jika tidak ada takdir diantara kau dan aku. Seberapa kuat kita mencoba untuk saling mendekat, hasilnya akan tetap sama. Terburai. Tidak akan ada ikatan yang terjalin.

Berbeda itu Indah

الاختلاف العلماءرحمة

"Setiap perbedaan itu akan membawa rahmah, nikmah, dan barokah"

Segala ciptaan yang ada di muka bumi ini diciptakan Allah SWT dengan memiliki rupa, bentuk, sikap, dan karakter yang berbeda.  Oleh karena itu, sudah seharusnya kita saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan, berusaha mengevaluasi diri sendiri sebelum mengevaluasi orang lain. 

Dengan demikian, perbedaan yang ada tidak akan menimbulkan perdebatan panjang yang tidak berfaedah, melainkan melahirkan nikmat dan rahmah yang berlimpah serta memberikan manfaat yang baik untuk kita.

Bagaimana jadinya aku tanpaMu

Ada ke-Maha-an Allah dalam ketidaktahuan kita.
Ada kebesaran Allah dalam kekerdilan kita dan ketidakmampuan kita untuk bersyukur.
Ada campur tangan Allah dalam setiap langkah yang kita tempuh.
Ada pintu Allah yang selalu terbuka tak peduli seberapa telah menjauhnya kita dari-Nya
:
Sungguh menentramkan, memiliki Allah yang tidak pernah jauh --
Meskipun kita telah berulang kali menjauh
Sungguh menentramkan memiliki Allah
Yang maha Pengampun --  
Atas segala khilaf dan salahku sebagaimana manusia yang serasa tiada berbatas
Sungguh meneduhkan memiliki Allah --  
Yang meski belum mampu diri ini melihatnya
Tetapi dapat dirasakan melalui kalam yang menyejukkan, kehidupan yang mendewasakan.
:

Satu kalipun aku tidak dapat membayangkan,
bagaimana jadinya aku tanpaMu
wahai Rabb,
Sang pemelihara hati
Sang pembolak balik hati
Sang Maha Segala

Kiai yang Accessible




Di lingkungan Nahdhatul Ulama, khususnya di kalangan santri-santri yang tinggal di pesantren ada cerita yang sangat tekenal. Begini ceritanya, suatu hari Kiai Ahmad Dalhar Watu Congol, Magelang, kedatangan seorang tamu Tionghoa non Muslim.

Sang tamu bercerita bahwa perusahaannya bangkrut dan ia harus menanggung hutang yang cukup banyak. Sebagaimana kebanyakan kiai pesantren yang sangat welcome kepada siapapun, sang Kiai pun menyambut peranakan Tionghoa itu dengan baik.

saat itu, sang tamu minta kepada Kiai agar diberi 'amalan' yang dapat 'mendatangkan' rejeki sehingga ia dapat melunasi hutang-hutangnya. Sontak, tanpa banyak kata Kiai Ahmad memberi 'ijazah' agar sang tamu mengamalkan wirid dengan membaca sholawat.

"Sholawat satus. Bendino!" kata Kiai Ahmad.
(artinya: Baca sholawat seratus kali setiap hari)

Saking bahagianya mendapat amalan dari Kiai Ahmad, tamu tersebut langsung mohon pamit dan nylonong pulang.

Beberapa tahun setelah peristiwa tersebut, Kiai Ahmad kedatangan tamu yang membawa oleh-oleh sangat banyak, mulai dari makanan sampai barang-barang berharga. Kiai Ahmad-pun bertanya-tanya, kenapa ada tamu yang membawa pemberian begitu banyak. 

Si tamu menjelaskan bahwa berkat menjalankan 'amalan' Kiai Ahmad ia mendapatkan jalan keluar. Hutang-hutangnya terlunasi, perusahaannya dapat bangkit kembali.

Kiai Ahmad lalu bertanya, 
"Lho Kamu Islam apa bukan?"
"Bukan yi"
"Lalu kamu mengamalkan apa?" kejar Kiai Ahmad

" Ya itu Kiai, panjenengan kan nyuruh saya agar membaca sholawat, sholawat. Nah itu saya baca -sholawat, sholawat- setiap hari" .

Kiai Ahmad terpingkal-pingkal sambil menjawab, 'sholawat itu bunyinya Allahumma Sholli 'ala Sayyidinina Muhammad, bukan sholawat-sholawat seperti itu."


Ada Cerita Begini




Ada cerita begini, usai memberikan ceramah pengajian didaerah Pasuruan, salah satu Syuriyah PWNU Jatim ini dihampiri banyak orang, bukan karena ingin memberikan "salam tempel", justru sebaliknya, banyak orang yang meminta uang. Tanpa berpikir panjang, amplop yang didapat usai mengisi pengajian dibuka dan dibagi-bagikan dengan nominal yang cukup besar tentunya.
 

(Kenapa Harus NKRI) -- Menemukan Indonesia dalam sepenuh Pergulatan Iman





Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen yang hidup di sebuah kampung yang seluruhnya adalah muslim. Tetangga berjarak lima rumah dari rumah kami bernama Pak Islam. Seorang pandai besi yang tekun dan ramah. Kami senang bermain di tempat kerjanya sambil sesekali ikut naik ke tempat pompa angina dan gembira ketika diijinkan untuk turut memompanya. Bersama kawan-kawan yang senang bermain di bengke pande itu kami sering berkelakar,

“kalau pak Islam masuk Kristen, nanti di KTP bagaimana ya bacanya?”. Pak Islam tahu kelakar itu dan selalu hanya tersenyum kepda kami. 

Di kampung itu, tiap ada tahlilan yang kala itu disebut slametan, Bapak saya selalu diundang dan selalu datang. Kalau Bapak sedang keluar kampong karena ada panggilan mengobati orang sakit, saya paling senang menggantikan Bapak untuk hadir dalam tahlilan. 

Saat doa akan berakhir biasanya yang hadir memberi sahutan ‘amin, amin, amin’ di sela-sela doa yang diucapkan. Ada yang mengambil nada rendah ada juga yang mengambil nada tinggi. Karena tertarik, sekali waktu saya Tanya pada paman yang duduk disamping saya: apakah kiranya diijinkan saya yang Kristen juga turut mengucap amin(?), dengan senyum dia mengangguk.

Di rukun tetanga (RT) di mana kami tinggal ada seorang kiai kampong, kami hanya ingat panggilannya adalah Pak Kiai. Beliau sangat baik hati, pendiam tapi murah senyum, dan sangat dihormati bahkan oleh anak-anak di kampong. 

Suatu kali, saya dan beberapa kawan mencuri manga di lading tak jauh dari rumah pak Kiai. Agar aman, manga kami bawa ke langgar (surau) di samping rumah Pak Kiai yang sepi dan disampingnya terdapat kolam ikan. Ketika sedang asyik menikmati mangga curian, Pak Kiai datang hendak sholat di langgar. Melihat kami yang merasa ketahuan dan ketakutan, pak Kiai hanya bilang: 

“Lain kali, sebaiknya minta izin saja kalau mau mengambil mangga, pasti kalian akan mendapat yang lebih besar dan matang. Buah-buahan di kebun itu tidak dijual kok”.

Belakangan akhirnya kami tahu bahwa kebun yang terdapat tanaman mangga itu ternyata milik pak Kiai.

Mendengar nama KH Marzuqi Mustamar, walau mungkin saya pribadi baru satu dua kali berjumpa dengan beliau, adalah mendengar kembali bangunan nasionalisme Indonesia yang pondasinya sudah bermula dari perjumpaan antar manusia di kampung-kampung, sebagaimana yang sejak kecil saya kenali dengan baik. 

Melihat sosok beliau dan bagaimana pemikiran beliau tentang nasionalisme adalah seperti berada dalam tahlilan di kampung, sebagaimana yang dulu menjadi tempat paling aman bagi setiap orang untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Keterbatasan interaksi bukanlah halangan manakala moment perjumpaan itu menjadi moment kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Tulisan-tulisan beliau, khotbah, dan ceramahnya yang dipublikasikan lewat video, cukuplah untuk dijadikan kerangka acuan memastikan bagaimana kecintaan Kiai Marzuqi terhadap tanah airnya. Bukan lewat retorika teoretis yang seringkali justru menjebak orang dalam paradoks demokrasi yang ditawarkan nasionalisme Indonesia, melainkan lewat orang-orangnya, para pendiri dan pejuangnya, bahkan tiap-tiap orang yang ada di sekitar. 

Kiai Marzuqi memperlihatkan bagaimana semangat nasionalisme itu hidup karena dihidupi melalui kesadaran iman yang kokoh pada kemaslahatan seluruh umat manusia.

Ketia penulis buku: Mahalasari, Muhammad Faishol, dan Uswatun Khasanah telah dengan jeli mampu menangkap momen-momen penting itu yang secara mengalir dideskripsikan dalam buku ini. Dengan gaya bahasa yang sangat enak dinikmati, penuturan ketiga penulis ini mengajak para pembaca untuk melihlat bagaimana seorang sosok anak bangsa dengan segala pergumulan hidupnya, dengan perjuangan imannya, dengan keteguhan batinnya, dengan dinamika hidup keluarganya, pada akhirnya menemukan Indonesia itu ada dalam jiwanya. Dari situlah kita bisa melihat, jika Indonesia itu perlu dijaga, tentulah itu terutama bagi keselematan warganya, seluruhnya. 

Kalau Indonesia itu perlu dibela, hal itu adalah agar kemanusiaan ditinggikan, sebagaimana iman kepercayaan yang diajarkan agama selalu menegaskan adanya hidup yang menjunjung kebersamaan dalam perbedaan-perbedaan yang ada. Nasionalisme itu bukan Cuma slogan kosong, dia bermula dari bagaimana tiap orang menelusuri perjalanan hidupnya, membangun kedisiplinan dirinya, mengembangkan bakat terbaiknya, serta mengupayakan hidup bersama dengan orang-orang di sekitarnya dengan penuh penghargaan, pengertian dan penghormatan.

Melalui buku ini pembaca akan diajak untuk melihlat bagaimana sebenarnya setiap orang memiliki kesempatan menemukan Indonesia-nya masing-masing. Pengalaman hidup Kiai Marzuqi adalah contoh yang tepat untuk itu. Menemukan Indonesia itu terjadi dalam keseharian, di tengah hidup keluarga dan masyarakat, di tengah proses berpikir dan bersikap kiris, bahkan di dalam keheningan permenungan keimanan yang mendalam. 

Nasionalisme Indonesia itu bukan sekedar jiplakan matang dari konsep yang didiskusikan di dalam kelas dan ruang rapat belaka. Nasionalisme Indonesia itu terutama berbicara tentang bagaimana sikap hidup nyata manusia-manusianya. Oleh itulah ketika bicara tentang nasionalisme adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari itu sendiri. Maknanya jelas. Yaitu agar tiap generasit erus dapat menemukan sendiri keIndonesia-annya dalam pengalaman terkininya. 

Tentu saja ada banyak alternatif jalur yang bisa ditempuh untuk mengkonstruksi nasionalisme Indonesia itu. Buku ini juga menawarkan secara singkat bagaimana jalur-jalur itu bisa dilalui.
Di sana ditawarkan eksplorasi singkat mengenai usaha mengkonstruksi Indonesia itu melalui jalur historis, jalur proses tawar menawar dasar ideologis, dan jalur model penafsiran kekinian yang mungkin disenangi generasi millenial yang pluralis dan universalis. 

Satu kesadaran dasar toh tetap harus dimiliki, dan buku ini menawarkan agar apapun yang dapat kita telusuri pada jalur-jalur itu, menjadi pembelajaran yang terbaik bagi kita untuk semakijn menemukan kemanusiaan seutuhnya, lahir dan batinnya. Demikianlah maka mengkonstruksi Indonesia itu juga dapat dijalani dengan perhatian yang benar terhadap hidup keimanan seseorang.

Melalui Kiai Marzuqi, para penulis menyadari bahwa keIslaman –dan pada umumnya keagamaan seseorang–, termasuk afiliasinya terhadap alternatif organisasi keagamaan yang diikutinya, adalah ruh terpenting untuk berjumpa dengan kemanusiaan yang luas, yang dalam konteks berbangsa dan bernegara telah ditemukan oleh para pendahulu bangsa ini sebagai Indonesia yang sekarang ini kita kenali.

Para pendahulu itu, tidak begitu saja menempatkan agama dan pendirian penafsirannya sebagai satu-satunya yang harus menjadi tonggak dasar terbangunnya nasionalisme keIndonesiaan. Ada banyak proses dialog dan saling memahami, ada proses saling menghargai dan menerima, ada proses damai menemukan pilihan terbaik baik bagi semua, pun bagi yang paling kecil dan sedikit sekalipun, semata agar hidup nasionalisme itu tetaplah berada dalam semangat ketulusan praktik beriman.

Maka menjauhkan diri dari semangat dan gelombang kebencian yang cenderung memecah belah, pun kiranya itu berada di dalam penafsiran tertentu dalam agama adalah penting untuk diklarifikasi dengan bijak dan mendalam. Kiai Marzuqi khatam mengenai hal itu, dan layak untuk diteladani oleh generasi muda saat ini.

Tentu hal ini bukan dalam arti hanya menyetujui dan mengiyakannya belaka, melainkan meneladaninya melalui seluruh keutuhan pengalaman hidup: di kampus, di masyarakat, di rumah sebagaimana yang dijalani beliau. Kalau Kiai Marzuqi telah menemukan nasionalisme keIndonesiaannya dengan sepenuh pergulatan imannya, maka tentu saja generasi saat ini juga akan dapat menemukannya dengan lebih baik lagi.

*Kata pengantar Bapak Kristanto Budiprabowo, M.Th dalam buku -Kenapa Harus NKRI-

SETIDAK-TIDAKNYA


Setidak-tidaknya aku tahu, frekuensi  hati kita tidak sama. Aku tidak menemukan titik yang akan membuat kita ada pada satu jalur. Tapi aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya, apa sejauh itu jarak antara aku dan kamu sehingga melihatmu saja aku tidak bisa? Apa kasta masih berlaku pada manusia jaman kita?

Ah! Rasa ini menyiksa.

PASRAHKAN SAJA DAN LIHAT HASILNYA




Pada suatu subuh, terdengar lantunan Al Quran dari seorang perempuan yang masih mengenakan mukena dan duduk di serambi aula. Perempuan itu memejamkan mata, sedang menghafal beberapa ayat surat Al An’am. Dari tilawahnya yang panjang, ada beberapa kalimat yang sampai saat ini masih terngiang:

Merasakan Perjalanan Hidup Guru Bangsa Melalui Novel Peci Miring

  Hasil gambar untuk peci miring
 
 
Judul: Peci Miring
Pengarang: Aguk Irawan MN
Penerbit: Javanica
Cetakan: 1, September 2015
Tebal: 389 Halaman
ISBN: 978-602-72793-1-5        
            
Gus Dur merupakan sosok fenomenal sekaligus kontroversial. Ada berbagai persepsi yang lahir dari setiap lapisan masyarakat tentang guru Bangsa satu ini. Gus Dur melebur dalam masyarakat, seorang pemikir, Kiai, dan juga aktivis kemanusiaan yang dekat dengan semua kalangan. Sangat dicintai tetapi juga banyak dibenci.
 
Dalam novel Peci Miring, Aguk Irawan menggambarkan perjalanan Gus Dur mulai dari lahir hingga pengembaraannya ke Eropa dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna. Menurut KH. Mahfudz Ridwan, bahasa yang digunakan begitu hidup dan menjiwai setiap cerita yang dituturkan dalam beberapa bab.
 
Di halaman awal novel, kita akan disuguhi bagaimana Gus Dur kecil hidup di Pesantren Tebuireng dan bagaimana interaksinya dengan sang Kakek, Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asy`ari. Dipaparkan juga bahwa semasa kanak-kanak, Gus Dur adalah anak kecil yang bandel sehingga tangannya pernah 2 kali patah karena jatuh dari pohon. Secara tidak langsung, novel ini juga menggambarkan betapa besarnya kharisma yang dimiliki KH Hasyim Asy`ari, serta sepak terjang Beliau dalam memperjuangkan NKRI.
 
Karya Aguk Irawan ini memberikan cara yang luwes dalam mengisahkan biografi tokoh ternama seperti Gus Dur. Cerita yang dikemas dalam bentuk Novel, membuat kita bisa merasakan emosi yang hendak disampaikan oleh Aguk yang pernah dialami oleh Gus Dur. Semisal ketika membaca halaman di mana KH Hasyim Asyari wafat, perasaan kita akan terbawa dalam keadaan sedih, atau ketika Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, mengalami kecelakaan di Bandung dan meninggal dunia ketika tengah dalam perjalanan bersama Gus Dur, kita akan dibuat merasakan perasaan kalut dan duka.
 
Selesai dengan masa kecil Gus Dur yang erat kaitannya dengan dunia pesantren, di bagian lain novel kita akan menemukan fakta menarik bahwa Gus Dur adalah sosok yang gemar sekali membaca dan sangat dekat dengan buku. Dalam usia yang dapat dikatakan Dini, Gus Dur bahkan telah mengkhatamkan Marxisme, Leninisme, dan bacaan berat lainnya yang notabene berbahasa asing.
Di luar itu, Gus Dur dengan kecerdasannya mampu menguasai kitab-kitab kuning dan pelajaran-pelajaran lainnya dalam waktu yang relatif singkat, sehingga ia cenderung bosan lantas mengabaikan pembelajaran formal di dalam kelas.
 
Hal lain yang membuat novel ini menarik adalah banyak hal tak terungkap tentang Gus Dur yang dmuat dalam novel ini, antara lain tentang kecerdikannya dalam membuat taktik, hubungannya dengan teman-temannya di pesantren Tegalrejo, dan persinggungannya dengan beberapa orang-orang komunis di Yogyakarta.
 
Tetapi sangat disayangkan, bahwa kisah pengembaraan itu usai diceritakan ketika Gus Dur mulai menginjakkan kaki di Eropa. Tentu akan lebih menarik jika novel ini juga berisi bagaimana perjalanan Gus Dur di Eropa sehingga bagaimaa sepak terjangnya di sana dan dengan siapa saja ia berinteraksi di Benua yang terkenal dengan modernitasnya tersebut. atau mungkin novel lanjutan dari Peci Miring ini akan terbit dengan mengisahkan perjalanan Gus Dur yang lebih panjang, di mulai sejak ia mengembara di Eropa.

diterbitkan secara online pertama kali oleh mediasantrinu.com

When in Yogyakarta



Yogyakarta adalah kota impian bagi pemuda yang mencintai kebebasan berpikir, kehausan berdiskusi, dan hobi ngopi. Selalu dan entah mengapa, Yogya memiliki tempat tersendiri di hati. Budayanya yang unik, kotanya yang nyentrik, dan segalanya saja tentang Yogya, serasa patut untuk dilirik.

..
(Story archived)

Recovery



Kita semua sedang menyembuhkan diri dari hal-hal yang tidak kita katakan dan berusaha mendapatkan kekuatan dari hal-hal yang kerap kita ceritakan - Fahd Pahdepie.

..



When you sing Too good at goodbyes

It is actually me
the one who too good at goodbyes
I have even imagined how we separated before we really start

I give us distance so we will never be close
it then won't hurt me more than I worry

I am sorry for being this sadden
but lemme be the way I am

I Told You



I told you before
All we have is reminiscince
let the days start
but we still over

I told you before

Masihkah sama?

Apakah jalan kita masih sama?
semenjak hitungan yang tersebut jarak telah memisahkan sebegitu jauhnya.