29122019
Menjelang akhir tahun. Malam yang syahdu seperti biasa. Jika ada beda, mungkin itu hanya hari dan tanggal. Waktu yang berlalu. Serta kenangan yang tersimpan dengan rapi, dan utuh. Banyak hal telah terlalui. Banyak pelajaran dapat diambil dari setiap langkah yang ditempuh. Tetapi tetap saja, perihal memutuskan, bagi manusia yang dipenuhi kebimbangan, adalah hal yang tidak mudah.
Aku sering mendengar orang-orang berkata, jika sudah waktunya - pasti akan ada jalan. dan aku percaya itu, sepenuhnya. Bahkan Allah telah berjanji dalam salah satu surat Al Quran, bahwa jika kita berdoa, Dia akan mengabulkan. Entah dengan jalan bagaimana, entah dalam perwujudan seperti apa. Oleh karena itu, jika Allah telah berjanji, maka apakah ada lagi hal yang perlu kita sangsikan?
Tentu, tidak ada! seharusnya tidak ada!
Hanya saja, sudah menjadi fitrah manusia untuk menjadi sedih ketika menemui luka. Fitrah yang sama, bahwa manusia akan berbahagia jika menemukan sesuatu yang indah. Juga fitrah manusia, untuk merasa khawatir dan mulai takut, jika sesuatu yang sedang diharap-harapkan tidak kunjung datang. Itu sudah fitrah.
Dan fitrah itu membuat kehidupan menjadi sempurna. Meski terkadang, proses menunggunya - jatuh bangunnya - waswasnya, membuat kita tidak karuan. Dipenuhi keraguan dan ketidakpastian.
Begitu juga dalam mencintai. Karena cinta adalah sesuatu yang tumbuh dalam hati. Dan karena hati adalah ciptaan yang begitu abstrak, kita tidak dapat selalu memastikan apa yang dirasakan seseorang. Kita tidak cukup mampu memahami isi hati seseorang hanya dengan melihat matanya, mengamati gerak-geriknya. Kalaupun kita, sebenar-benarnya, dapat membaca dan melihat dari gerak-gerik dan tapapan itu, kita belum tentu dapat bebas dari ketakutan kita. Lalu paling aman, agar kita tak memberi harapan pada hati kita, kita akan lebih memilih untuk percaya bahwa rasa itu tidak menemui frekuensi yang sama.
Kadang, mencintai memang membuat kita sefrustasi itu. Rasa rindunya memenuhi dada. Tapi tak layak diungkapkan. Getarannya jelas terasa, tapi tak dapat disalurkan. Kadang, hidup memang tak cukup hanya dijalani atas dasar cinta. Kenapa? Karena kita tahu, betapa banyak cinta yang mudah datang lalu pergi. Tentu itu jika kita tidak pandai menjaganya. Jika cinta itu benar-benar kita rawat seperti tanaman, kita siram dan pupuk setiap hari, kita jaga dengan sepenuh hati, maka cinta itupun dapat selalu utuh. Insyaallah.
Yang jelas, mencintai manusia adalah hak manusia. Tetapi bersama dengan orang yang dicintai, itu wewenang Allah untuk menentukan. Suatu ketika, barangkali kita pernah sangat mencintai seseorang, sangat sangat mencintai, tetapi ternyata Allah tidak berkenan menyatukan kita dengan seseorang itu. Lalu kita bisa apa?
Tentu saja menerima, sambil melatih hati untuk ikhlas menerima setiap ketetapan yang telah ditentukan olehNya. karena sungguh, bisa jadi kita menyukai sesuatu, tetapi ia tidak baik untuk kita. Bisa jadi kita membenci sesuatu, tetapi justru ia adalah baik untuk kita. Atas itu semua, hanya Allah swt yang tahu.
Percaya saja, jika kita mengikuti alurNya, dengan penuh ridho, maka insyaallah hal-hal baik akan mendatangi kita. Insyaallah.
Menjelang akhir tahun. Malam yang syahdu seperti biasa. Jika ada beda, mungkin itu hanya hari dan tanggal. Waktu yang berlalu. Serta kenangan yang tersimpan dengan rapi, dan utuh. Banyak hal telah terlalui. Banyak pelajaran dapat diambil dari setiap langkah yang ditempuh. Tetapi tetap saja, perihal memutuskan, bagi manusia yang dipenuhi kebimbangan, adalah hal yang tidak mudah.
Aku sering mendengar orang-orang berkata, jika sudah waktunya - pasti akan ada jalan. dan aku percaya itu, sepenuhnya. Bahkan Allah telah berjanji dalam salah satu surat Al Quran, bahwa jika kita berdoa, Dia akan mengabulkan. Entah dengan jalan bagaimana, entah dalam perwujudan seperti apa. Oleh karena itu, jika Allah telah berjanji, maka apakah ada lagi hal yang perlu kita sangsikan?
Tentu, tidak ada! seharusnya tidak ada!
Hanya saja, sudah menjadi fitrah manusia untuk menjadi sedih ketika menemui luka. Fitrah yang sama, bahwa manusia akan berbahagia jika menemukan sesuatu yang indah. Juga fitrah manusia, untuk merasa khawatir dan mulai takut, jika sesuatu yang sedang diharap-harapkan tidak kunjung datang. Itu sudah fitrah.
Dan fitrah itu membuat kehidupan menjadi sempurna. Meski terkadang, proses menunggunya - jatuh bangunnya - waswasnya, membuat kita tidak karuan. Dipenuhi keraguan dan ketidakpastian.
Begitu juga dalam mencintai. Karena cinta adalah sesuatu yang tumbuh dalam hati. Dan karena hati adalah ciptaan yang begitu abstrak, kita tidak dapat selalu memastikan apa yang dirasakan seseorang. Kita tidak cukup mampu memahami isi hati seseorang hanya dengan melihat matanya, mengamati gerak-geriknya. Kalaupun kita, sebenar-benarnya, dapat membaca dan melihat dari gerak-gerik dan tapapan itu, kita belum tentu dapat bebas dari ketakutan kita. Lalu paling aman, agar kita tak memberi harapan pada hati kita, kita akan lebih memilih untuk percaya bahwa rasa itu tidak menemui frekuensi yang sama.
Kadang, mencintai memang membuat kita sefrustasi itu. Rasa rindunya memenuhi dada. Tapi tak layak diungkapkan. Getarannya jelas terasa, tapi tak dapat disalurkan. Kadang, hidup memang tak cukup hanya dijalani atas dasar cinta. Kenapa? Karena kita tahu, betapa banyak cinta yang mudah datang lalu pergi. Tentu itu jika kita tidak pandai menjaganya. Jika cinta itu benar-benar kita rawat seperti tanaman, kita siram dan pupuk setiap hari, kita jaga dengan sepenuh hati, maka cinta itupun dapat selalu utuh. Insyaallah.
Yang jelas, mencintai manusia adalah hak manusia. Tetapi bersama dengan orang yang dicintai, itu wewenang Allah untuk menentukan. Suatu ketika, barangkali kita pernah sangat mencintai seseorang, sangat sangat mencintai, tetapi ternyata Allah tidak berkenan menyatukan kita dengan seseorang itu. Lalu kita bisa apa?
Tentu saja menerima, sambil melatih hati untuk ikhlas menerima setiap ketetapan yang telah ditentukan olehNya. karena sungguh, bisa jadi kita menyukai sesuatu, tetapi ia tidak baik untuk kita. Bisa jadi kita membenci sesuatu, tetapi justru ia adalah baik untuk kita. Atas itu semua, hanya Allah swt yang tahu.
Percaya saja, jika kita mengikuti alurNya, dengan penuh ridho, maka insyaallah hal-hal baik akan mendatangi kita. Insyaallah.
0 comments:
Post a Comment