Setelah Dari Yogyakarta (3)

Kisah lain tentang perjalanan kali ini, aku merasa bahwa memang tidak semua cinta dapat terbalas. so sad really.  Tetapi memang begitulah kenyataannya. Kadang Hukum Newton 3 tidak dapat selalu diterapkan. Tidak selalu aksi menimbulkan reaksi. Atau lebih tepatnya, setiap aksi sudah tentu menimbulkan reaksi. Tapi reaksinya beda-beda. Ga semua reaksinya sama dengan yang kita harapkan.

it is not love seperti cintanya Bapak kita Adam kepada Ibu kita Hawa yang aku maksud. tetapi ini cinta yang lebih pada cinta orangtua kepada anak-anaknya. I finally bisa mengerti betapa sedihnya seorang ibu ketika anak-anaknya tidak mau terbuka kepadanya. Jika anak-anaknya lebih memilih untuk menutup-nutupi dan bercerita kepada orang lain. it feels like kita tidak dicintai. indeed. it feels like kita tidak berhasil menjadi seorang ibu yang baik, karena kenyataannya - anak-anak kita lebih memilih untuk dekat dengan orang lain.

Sebenarnya memang, di awal aku tidak terlalu dekat dengan kelas XII yang sekarang. Malah aku merasa they don't feel comfort enough to be with me. di tahun pertama mengajar, aku tidak banyak berkomunikasi dengan mereka. Tetapi entah atas dasar apa, di Tahun kedua, aku diamanahi menjadi wali kelas XII. Itu pertama kalinya aku menjadi wali kelas. Bagiku itu tantangan, Lebih pada tantangan untuk bisa dekat dengan anak-anak. Me, yang aslinya suka banget menyendiri dan ga suka keramaian. But i have to engage my self with them. get an intensive interaction and communication. 

Sampai sejauh ini aku sudah mencoba. Mencoba untuk dekat dengan Icha, Chilsa, Zahra, Ravela, Syifa, Nunah, Galuh, Salsa, Neomi, Wildha, Esti, Ferina, Haikal, Haidar, Deddy, Very, Miko, Tsalis, Bharnaz, dan Naufal. Dalam proses mencoba itu, aku ga bisa menghindari untuk jatuh cinta dengan mereka. Karena amanah menjadi wali kelas itu, aku merasa mereka sudah seperti anak-anakku sendiri. I love them dengan segala konsekuensi, dicintai balik atau tidak, dianggap cerewet dan terlalu ikut campur atau bagaimana. Yang jelas, I do efforts biar bisa dekat dengan mereka.

Beberapa merespon baik, beberapa malah menghindar :D. Ya begitulah rasanya cinta tidak berbalas, Tetapi sebagai orangtua - meskipun orangtua non biologis -, konsekuensi-konsekuensi itu harus diterima. Suatu saat mereka juga pasti akan lulus dari Al Huda, aku harus melepaskan mereka, dan membiarkan cinta kepada mereka ada dalam hati saja.

ah.. Membicarakan bahwa mereka akan segera duduk di bangku kuliah, dan tidak ada di Al Huda lagi, rasanya sedikit menyedihkan. Tetapi begitulah memang kehidupan, ada pertemuan ada perpisahan. Kita harus ikhlas dengan semua prosesnya.

Aku akan sangat merindukan mereka nantinya. Ketika nanti di lorong sekolah tidak ada suara Ferina yang lantang dan sedikit manja, atau Icha yang sukanya merengek-rengek dan curhat ini itu. Juga Zahra yang kalem dan polos. Aku akan merindukan suara Wildha dan Esti yang agak ngebas. dengan kekhasan mereka masing-masing. atau Nunah yang agak diem tapi ternyata bergaya mirip Kris Exo. I will for sure rindu Syifa Salsa dan Galuh, terlebih waktu kita jalan berlima ke Bogor. Dan Ravela yang ramenya minta ampun,  Neomi dan Chilsa yang a bit though. Deddy yang lucu dan unik. Haikal yang anak jalanan dan cuek tapi suka mewek kalau bahas orangtua. Very yang sukanya jalan dan bahas sana-sini. Tsalis yang pendiem dan suka ngalah. Bharnaz Haidar Naufal dan Miko yang diem-diem tapi kadang jadi rame juga. karakter mereka semua beda dan saling melengkapi.

Yang jelas, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anak-anak. Doa yang tulus. Semoga langkah mereka senantiasa dimudahkan.




0 comments:

Post a Comment