Judul : Remarried Empress
Author: Alpataleuteu (Alpha Tart)
Status: On Going
sumber novel:
REMARRIED EMPRESS
sumber foto: https://www.picuki.com/media/2196423918143503823
Bagian 2 -
Tanda Awal Perselingkuhan
“Ada hal lain yang perlu dibicarakan Yang Mulia? Saya tidak bertanya kepada
anda sesuatu yang tidak lazim. Sebagai pemilik Istana kerajaan, saya hanya
bertanya kepada anda apakah anda benar-benar membawa seorang wanita yang
terluka sebagaimana kabar yang beredar. Bagaimanapun, ini adalah sesuatu yang
baru. Tidak pernah terjadi sebelumnya.”
Apakah caraku membicarakan ini terlalu berlebihan? Aku sudah berusaha untuk
berbicara dengan nada biasa, bahkan aku memasang sebuah senyum ramah di
bibirku. Aku berbicara dengan sangat biasa seolah aku tidak mengkhawatirkan apapun,
hanya berbicara layaknya ketika aku mendikusikan persiapan perayaan tahun baru
dengan Sovieshu. Aku jelas tidak ingin Sovieshu bahwa kabar ini sangat
membebaniku sebagai seorang ratu⸺dan istri.
Sovieshu terlihat tidak nyaman. Kelihatan sekali dia tidak ingin
membicarakan hal ini denganku. Aku tidak tahu apa yang dia sembunyikan tetapi
situasinya benar-benar kaku dan dingin. Untuk beberapa saat hanya keheningan
yang menjelma di antara kami. Bahkan nafsu makankupun sudah lenyap.
“Apakah kamu bertanya karena kamu hanya ingin tahu?”
Sovieshu melihatku dengan penuh selidik, dan aku melempar sebuah senyum
kepadanya.
“Saya tidak akan bertanya jika saya tidak penasaran.”
“Wanita itu tidak sengaja terjebak di salah satu jebakan yang aku buat, dan
aku membawanya ke istana tidak lain agar dia mendapatkan perawatan yang sesuai.
Dia tidak terluka begitu parah, jadi aku menyuruh dia untuk tinggal di salah satu ruangan bersama
seorang pelayan untuk merawatnya.”
“Saya mengerti”
“Jangan khawatir. Aku tidak akan meminta dayangmu untuk mengurusi wanita
itu lagi.”
Sovieshu melanjutkan potongan steak yang sedari tadi hanya terpotong
setengah. Suara pisau yang menyentuh piring terdengar begitu keras, seperi
suatu burung pelatuk yang sedang bergema di ruang makan ini. Nampaknya Sovieshu
sangat kesal sehingga ia memotong daging dengan sedikit kasar. Biasanya dia
juga mempunyai banyak topik untuk dibicarakan, tetapi sekarang dia hanya diam.
***
“Apa yang dikatakan oleh raja, Yang Mulia?”
Ketika aku kembali ke istana barat setelah makan malam, Dayang-dayangku
sudah bergerombol di kamar, mereka bertanya kepadaku dengan penuh kekhawatiran.
“Dia... Raja tidak mengatakan banyak hal.”
Countess Eliza mengernyitkan dahinya menanggapi jawabanku yang mengambang.
“Jika demikian, kenapa anda begitu murung?”
Aku hanya diam saja.
“Tidak apa-apa Yang Mulia. Katakan saja kepada kami, Dengan begitu kami
bisa mempersiapkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.”
Aku menarik nafas dalam, sambil memaksakan diri untuk tersenyum tipis.
“Raja mengatakan bahwa wanita itu tidak sengaja terjebak di jebakannya
raja. Dia tidak menyebutkan apakah wanita itu budah yang kabur atau
sejenisnya,”
Setelah kupikir lagi, aku bahkan tidak tahu siapa nama wanita itu.
“Raja mengatakan bahwa dia hanya merawat wanita itu, dan nampaknya dia
tidak senang jika aku membicarakan masalah ini.”
Segera setelah aku selesai dengan kalimat terakhirku, Laura terbangun dari
tempat ia duduk. Dayang lainnya, yang notabene lebih mengerti etika, melihat
Laura dengan tatapan seolah menyuuruhnya duduk, tetapi Laura sudah terlanjur
tersulut emosinya sehingga ia tidak memperhatikan para dayang itu.
“Yang Mulia, tahukah anda bahwa apa yang dilakukan oleh Raja sama persis
dengan apa yang dilakukan oleh ayahku ketika ia mulai berselingkuh dulu?”
Suara Laura meningga sehingga Countess Eliza memanggil namanya untuk
memperingatkan. Tetapi Laura benar-benar sudah lepas kendali dan dia tidak akan
berhenti berbicara meski sudah diperingatkan.
“Yang dilakukan oleh raja jelas adalah tanda awal adanya perselingkuhan.
Lagipula, kenapa dia tidak ingin membicarakannya?”
Dayang yang lebih tua memarahi Laura karena berbicara terang-terangan.
Tetapi bagaimanapun, mereka tidak membantah perkataannya.
Countess Eliza yang mengerti situasinya menjadi tidak menyenangkan, segera
meminta para dayang untuk pergi. Sebagai seseorang yang lebih berpengalaman,
Countess Eliza pasti tahu aku sangat tertekan. Dia lalu mendudukkanku di meja
rias dan mulai menyisir rambutku.
“Raja adalah lelaki yang suka berburu. Dia pasti melakukan ini karena
merasa bahwa menemukan seorang wanita tertangkap di jebakannya adalah sebuah
keajaiban.”
“Countess.” Aku bersuara pelan.
“Iya, Yang Mulia?”
“Sebelumnya, Ibu pernah berkata kepadaku, bahkan jika raja mengambil seorang
selir, aku tidak harus membiarkan diriku terluka karena hal seperti ini. Ada terlalu
banyak kejadian seperti ini dan aku tidak harus mengharapkan adanya perbedaan
dalam kehidupanku dan Sovieshu.”
Dahi tengah Countess Eliza tampak mengkerut. Countess Eliza beruntung
karena memilki kisah pernikahan yang berbeda dengan para bangsawan lainnya.
Mereka menikah bukan atas dasar politik, tetapi karena cinta. Jadi saran
pernikahan yang diberikan oleh ibuku tentu tidak berlaku untuk seseorang
seperti Countess Eliza.
“Aku tidak mengatakan hal ini kepada dayang
lainnya, tetapi aku sudah mempersiapkan diri. Bahkan nanti jika raja
benar-benar menjadikan budak itu sebagai selirnya, kurasa aku sudah sangat
siap.”
“Yang Mulia,”
“Tetapi, mengetahui raja yang tidak mau membicarakan
ini denganku, rasanya aku sedikit terpukul.”
Countess Eliza meletakkan sisirnya di atas
meja. Aku memandangnya dan memintanya untuk jujur.
“Tidak peduli apakah raja memiliki sepuluh atau seratus selir, mereka
hanyalah selir dan akulah ratunya. Sovieshu dan aku tidak pernah mencintai satu
sama lain, bahkan sampai nanti jika kita sudah tidak bernafas lagi. Jadi secara
teori, kita akan baik-baik saja. Tetapi, kenapa rasanya hatiku begitu kosong?”
Countess Eliza memeluk kepala dan pundakku. Dia begitu untuk beberapa lama
lalu melepaskan pelukannya dan mulai berbicara,
“Meskipun pernikahan Yang Mulia raja dan ratu adalah pernikahan politik,
Yang Mulia telah bersama-sama sejak kecil dan sampai saat ini. Tentu itu bukan
sesuatu yang mengejutkan jika anda merasa kecewa. sayapun akan merasakan hal
yang sama jika suatu hari anakku mengambil orangtua angkat, atau jika tiba-tiba
orangtuaku mengambil orang lain sebagai anak dan lebih menyayangi dia karena
dia lebih cantik. kecewa dan marah yang sama jika teman baikku memiliki sahabat
lain yang lebih dekat dengannya. Jadi, itu adalah emosi yang wajar.”
“Jadi, apakah raja juga akan merasakan kekecewaan dan kemarahan itu jika
aku dekat dengan lelaki lain?”
Countess Eliza tidak menjawab pertanyaanku. Dia mengambil sisir dan mulai
menyisir rambutku lagi. Kuanggap itu sebagai jawaban ‘tidak’. Setelah beberapa
saat, ia kemudian berbicara lagi,
“Sejujurnya, saya tidak bisa mengetahui itu Yang Mulia. Semakin besar cinta
anda, maka semakin sulit ia untuk mengenali keadaan sekitarnya.”
Jadi aku memang tidak punya pilihan lain kecuali mengatasi patah hatiku ini
sendiri. Aku memaksakan diri untuk tersenyum.
“Aku mengerti, Countess. Aku yakin aku akan segera merasa lebih baik.
Lagipula, aku tidak akan bertemu dengan wanita itu,”
“Benar. Meskipun budak itu menjadi selir, dia tetap tidak bisa bergabung
dalam lingkungan sosial kelas tinggi.”
Jika seseorang menjadi seorang budak bukan berarti dia tidak dapat
menaikkan kelas sosialnya ke strata yang lebih tinggi. Seseorang yang menjadi
budak karena mendapat hukuman akibat perbuatan salah satu keluarganya, dalam
hal ini hukuman kolektif, maka ia bisa menaikkan derajat sosialnya ke tingkat
yang lebih tinggi. Setiap tahun, kerajaan menaikkan status sosial beberapa
orang budak menjadi rakyat sipil. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi budak yang
kabur.
Menjadi seorang budak artinya orang itu pernah menerima dakwaan atas
tindakan melanggar hukum yang mereka lakukan. Karena seorang budak yang kabur
meninggalkan tuannya tanpa membayar uang tebusan, maka mereka dianggap sama
seperti tawanan yang kabur dari penjara. Untuk itu, budak yang kabur dianggap
sebagai sampah masyarakat. Tidak peduli seberapa besar Sovieshu mencintai
wanita itu, dia tetap tidak memiiki kesempatan untuk tampil di kalangan para
bangsawan kelas atas. Dia juga tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu denganku.
Aku menganggukkan kepala demi menyakinkan diriku.
Benar kata Countess Eliza, wajar jika aku merasa kosong ketika seseorang yang
telah menjadi suamiku tiba-tiba tertarik pada wanita lain. Perasaan kehilangan
atau kecewa itu bukan sesuatu yang besar.
Oleh karenanya aku tidak boleh larut dalam emosi sekarang. Tidak peduli Sovieshu
memiliki simpanan atau tidak, dia tidak akan bisa menggeserku dari posisi ratu.
Hanya akan ada satu Ratu di satu kerajaan.
***
“Raja terus mengecek kondisi budak itu setiap hari? Dan bahkan datang ke
ruangan si budak?”
“Aku dengar raja bahkan membawakan sendiri makanan untuk budak itu.”
“Kalau begitu raja sangat berani. Dia bisa setenang itu melakukan hal yang
tidak pada umumnya”
“Kau tahu? Raja juga memanggil dokter kerajaan untuk merawat kaki si budak.”
Suara bisik-bisik itu terdengar dari balik semak. Meskipun kebun Istana kerajaan memiliki
dinding tanaman yang tinggi menjulang, kira-kira setinggi Sovieshu, aku masih
bisa mendengar pembicaraan mereka samar-samar. Tapi masih terdengar jelas. Aku sendiri
yang mendesain kebun ini. Dan aku sengaja meletakkan kursi gantung yang
berbentuk seperti sarang di tempat rahasiaku ini. Aku jarang mengajak dayangku
untuk datang ke tempat ini, seringkali orang-orang di seberang sana mengatakan
banyak hal keras-keras tanpa tahu bahwa aku sedang mendengarkan.
“Sudah satu miggu,”
Aku menutup buku yang aku baca, kuletakkan sembarangan di pangkuan. Semakin
Sovieshu tertarik dengan budak itu, maka gosip yang beredar tentangnya-pun akan
semakin merebak. Perhatian semua orang sedang tertuju pada seorang wanita yang
sedang berusaha mendapatkan cinta dari raja. Untung saja aku tidak pernah
bertemu dengan wanita itu, karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan
jika bertemu dengannya.
Di jadwal makan malam berikutnya, aku sama sekali tidak membahas tentang
budak itu dengan Sovieshu. Aku berpura-pura bahwa tidak ada sesuatu yang
terjadi sehingga semua nampak berjalan begitu normal. Selagi makan malam, aku
dan Sovieshu membicarakan persiapan perayaan tahun baru.
Aku telah memutuskan untuk berkompromi dengan diriku. Menahan rasa ingin
tahu dan kesal yang sebenarnya terus menumpuk dalam hatiku. Tapi aku
benar-benar telah memutuskan untuk abai. Sebaik mungkin beranggapan tidak tahu
menahu tentang wanita budak itu.
Tetapi tiba-tiba sebuah kebetulan yang tidak menyenangkan terjadi, dan emosiku
tersulut tanpa bisa dikendalikan lagi.