Lemme tell you a story.
Itu judul sebuah buku yang aku tulis tanpa perencanaan. Tiba* di suatu malam aku pengen nulis buku ilustrasi. Kebetulan waktu itu ada seseorang yang sedang belajar di Wageningen, dan dia menjadi sumber inspirasi dalam penulisan buku itu.
Sekarang, buku ilustrasinya sudah jadi. Sudah siap cetak. Sudah ada testimoni dari Bang Fahd Padepie, Mbak Anifa, dan bahkan dari si sumber inspirasi itu juga. Sudah aku kirim ke penerbit juga. Tapi sayangnya sampai detik ini belum ada kabar. Sudah mulai ragu dan cemas. Jangan* ga memenuhi kriteria si penerbit. Jangan* emang ga mutu 😄
Ah ngga. Semoga segera ada kabar baik.
..
Kita flashback lagi ya.
Jadi gini,
2017 lalu, ketika mau lulus kuliah dan I had to leave Malang, aku banyak menghabiskan waktu bersama teman untuk jalan ke sana ke mari. Di suatu sore aku, Mbak Atiq, dan Mbak Evi punya rencana buat makan es krim di salah satu kedai di Kota Malang.
Sayang sekali kedainya sudah tutup. Kayaknya pindah lokasi. Akhirnya kita balik lagi dan duduk* manis di Masjid Ar Roudhoh (dekat Pondok kami tercinta: PP. Sabilurrosyad yg lebih dikenal Pondok Gasek).
Di situ kami musyawarah mufakat untuk menentukan langkah berikutnya. Eman dong kalau pulang ke pondok. Sudah terlanjur keluar :D
Finally kita memutuskan untuk ke Toga Mas sekitar Dieng. Cari-cari Buku. Terus kalau udah malam nanti dilanjut nongkrong di Andika Eskaffe.
Deal. Cusslah kita kr Toga Mas.
Waktu itu aku nemu buku ilustrasi berbahasa Inggris yg cakep banget. Lalu aku punya 'krentek', besok-besok aku mau nulis gini juga ah. Cantik soalnya. Bisa menginspirasi orang tanpa berbelit* dengan banyak kata.
Waktu itu aku gatau cara nulis buku kayak gitu gimana caranya. Yang jelas aku ga bisa design atau ngegambar. Aku cuma bisa nulis abcd.
Satu tahun kemudian, NKCTHI begitu viral. Setelah melupakan krentek nulis buku ilustrasi selama beberapa bulan, akhirnya aku tergugah lagi. Jadilah di suatu malam aku tuangkan unek*ku ke dalam tulisan. Tentang mencintai dan patah, tentang harapan dan kesetimpangan, tentang seseorang yang jauh dan sepertinya ga bisa direngkuh.
To make it simple, aku menceritakan perasaan pungguk yg gabisa menggapai bulan.
Aku menulisnya dalam dua bahasa: Indo-Inggris. Entah ini atas dasar apa. Biasanya buku kalau Indo, ya Indo semua. Kalau Inggris ya Inggris semua. Nah ini campur aduk. Ga jelas emang :D
Setelah nulis, aku filter lagi mana yg perlu di keep mana yg perlu dibuang. Mana kosakata yang udah pas mana yg perlu dibenahin. Setelah itu cek inggrisnya lagi, biar inggrisnya ga aneh kayak kalimat Indo yang diinggriskan, ga natural.
Setelah selesai, aku mulai bingung mau cari si tukang desain di mana. Akhirnya aku inget. Salah satu cerpenku dulu pernah dimuat di majalah UM. Di situ ditambahi gambar ilustrasi yang menurutku bagus.
Langsung deh aku buka majalahnya lagi dan cari siapa ilustratornya. And I found it. Krisnawa bla bla.
Namanya agak unik setelah kutelusuri ternyata adik tingkat. Dia ambil jurusan DKV. Anak FS dong. Karena ga nemu kontaknya, akhirnya aku nyari IGnya. Setelah ketemu langsung tak follow dan DM.
Pucuk dicinta ulampun tiba.
Kak Krisnawa mengiyakan tawaranku. Dia bersedia sebagai partner. Jadi aku ga perlu ngasih dia payment untuk jasanya.
Setelah sekian waktu. Ilustrasinya sudah matang. Aku bingung lagi mau nyari testimoni dari siapa.
Aku menghubungi mbak siapa itu pengarang Mariposa, tapi gads respon. Aku menghubungi Gus siapa itu pengarang Kasmaran, ada respon tapi Beliau bilang lagi menyelesaikan DL. Jadi gabisa. Ohya Gus Usman Arrumy namanya. Pas bangrt setelah ditolak gus Usman, aku mulai ragu "kayaknya tulisanku ini ga bagus deh :D tapi ilustrasinya bagus. Kasian kak Krisnawa dong kalau ga dilanjut. Dia pasti udah capek ngilustrasi sebanyak itu."
Berikutnya aku menghubungi Mbak Anifa, Gus Romzi, dan Mas Ikrom. Alhamdulillah mereka semua mengiyakan.
Di tengah jalan, gus Romzi bilang ndak bisa karena merasa ga expert di bidang puisi*an. Aslinya gus Romzi sudah bilang dari awal sih. Aku saja yg maksa haha. Tapi Gus Romzi memang baik dari sananya ya. Jiwa sosialnya tinggi. Beliau lantas mengalihkan file yg aku kirim ke Bang Fahd Padepie.
Waktu gus Romzi bilang mau minta tlg ke Bang Fahd aku langsung seneng banget. Yah, udah lama aku ngefans Beliau. Ini namanya rejeki hehe.
Setelah semuanya siap cetak, setelah dikirim, ternyata untuk mencari konfirmasi penerbitan dari penerbit mayor itu butuh perjuangan.
Menuruti tulisan di blog, aku kirim hardfile ke Palmerah di Jakarta. Ternyata gada respon. Akhirnya aku kirim email, ternyata emang naskahnya belum diterima. Terus aku kirim lagi deh softfile. Dan sampai sekarang belum ada kabar huhuhu.
Tapi ndk papa.
Yang penting udah nyoba dan berjuang.
Semoga kabar baik segera datang.
Kalau memang nanti belum berhasil juga, yauda deh kita terbitin indie dulu yaa. Keluarin biaya dikit lagi, biar punya buku ilustrasi hehe.
0 comments:
Post a Comment