Belakangan aku sedang fokus merumuskan sebuah tujuan hidup.
Work From Home ini memberiku banyak waktu untuk sekedar tiduran sambil berpikir jauh ke belakang dan ke depan.
Corona ini bukan ide yang menyenangkan, tetapi satu sisi introvert dalam diriku menyukai banyak waktu sendiri yang bisa kunikmati.
Sebulan yang lalu, untuk mengurangi efek negatif yang ditimbulkan, aku memblokir satu kontak di HP. Dia bukan siapa-siapa. Hanya partner kerja yang cenderung tidak pernah mau meminta maaf dan selalu merasa benar. Playing victim juga kadang-kadang. Jadi daripada aku menghabiskan energi untuk menggubris chat-chatnya yang tidak penting, kurasa lebih baik aku memblok nomornya untuk sementara waktu. Dan sekarang sudah kubuka. Karena kupikir aku sudah selesai dengan diriku dan siap menghadapi apapun di luar sana.
Kak Mod benar, kalau kita tidak bahagia, bagaimana kita mau membahagiakan orang lain?
Jadilah beberapa hari ini aku fokus membahagiakan diriku sendiri. Make my self a priority. Define what I really want to be dan berdamai dengan setiap inci kekurangan dalam diriku. It works well.
Orang lain mungkin melihatku selalu sabar dan tenang menghadapi beberapa kondisi. Tetapi mereka yang sangat dekat denganku, dan aku sendiri tentunya, tahu betapa aku sangat gugup dalam menghadapi beberapa situasi. Sampai saat ini, meski dari kecil sudah sering naik panggung, aku masih tetap nervous ketika harus tampil di depan umum. Aku selalu bersemangat mengambil setiap kesempatan, kendati demikian aku selalu tidak bisa mengenyahkan berbagai keraguan yang muncul dari setiap pilihan yang aku ambil. Aku selalu berkutat dengan itu. Membangun rasa percaya diriku, menuntaskan keraguanku, dan mengatakan kepada diriku sendiri bahwa semuanya akan tetap baik-baik saja.
Orang lain mungkin melihatku selalu acuh terhadap hal-hal yang berkaitan dengan cinta, pacaran, dan sebagainya, mereka hanya tidak tahu aku sedang sangat memikirkan seseorang dan berharap bisa hidup bersama dengannya. Aku selalu berpikir berlebihan. Bagaimana jika yang ekspektasi akan menjatuhkanku lagi? Bagaimana jika yang aku lakukan tidak bisa membuat mereka bahagia? Bagaimana jika aku mengecewakan orang lain?
Tetapi sekarang aku memilih untuk tidak sibuk dengan 'bagaimana jika' lagi. I have to take my time and do what I think it is right. Aku harus memberi porsi untuk diriku juga, tanpa terbebani dengan apa yang orang lain akan pikir dan rasakan.
Well, karena sekali lagi, untuk membahagiakan orang lain, kita harus bahagia dulu. Then I do it.
0 comments:
Post a Comment