Bahagia itu Diciptakan, Bukan Dicari.

Satu kata yang sangat didambakan semua orang adalah bahagia. Entah siapapun dari titik manapun di bumi, setiap hati pasti ingin bahagia. Dan bahagia sesungguhnya adalah pekerjaan mudah, sekaligus sulit.

Terkadang, aku beranggapan bahwa jika aku kuliah ke luar negeri atau saya dapat berada di suatu tempat, aku akan bahagia. Jika aku dapat bersama dengan seseorang yang mempunyai arti lebih atau aku dapat mencapai satu mimpi aku akan bahagia.

Tetapi nyatanya bahagia bukan hal-hal yang seperti itu.

Seringkali aku telah berada di suatu titik yang seharusnya aku bahagia, tetapi kenyataannya tetap saja tidak. Alasannya sederhana – karena aku tidak bersyukur. Karena aku tetap merasa kurang dan melihat hal-hal lain yang sepertinya ‘akan‘ membuatku bahagia.

Benar memang, wa ma mata’ud dunya illa ghurur – dan tiadalah kehidupan dunia itu kecuali tipuan belaka.

Tidak baiknya, aku sering tertipu. Tertipu dengan hal-hal yang belum kucapai dan keinginan untuk terus mendapatkan lebih dan lebih. Sehingga bahagiapun terasa semakin jauh.

Manusia memang tempat lalai dan lupa. Tetapi pasti ada ingat, entah pada titik mana.

Dan satu hal yang seharusnya kulakukan lebih sering: bersyukur.

Bersyukur bukan hal berat tetapi juga bukan berarti hal mudah. Hati yang pandai bersyukur perlu dilatih. Dari hal-hal kecil, dari pembiasaan, atau mungkin dari pemaksaan jika memang perlu. Karena dengan syukur keadaan sulit akan jadi lebih ringan, dan dengan kufur keadaan mudahpun akan jadi berat.

Dengan syukur, rizki sedikit akan jadi cukup, dan dengan kufur, rizki melimpahpun akan tetap kurang.

Dengan syukur, insyaalah semua akan jadi lebih baik. Insyaallah.