Kita berada di semesta yang sama hanya pada titik yang berbeda




Selamat malam Arma.
Aku tidak tahu bagaimana tempatmu sekarang. Kuharap indah. Aku rindu. Pada hadirmu yang tidak setiap saat tapi selalu bisa meneduhkan. Seandainya kau masih di alam yang sama, mungkin kita juga tidak akan bicara apa-apa. Tidak ada yang begitu perlu kita bicarakan.

 
Tetapi mengingat alam kita berbeda, aku menjadi rindu. Besok atau lusa, ketika ada agenda Ilalang - - tidak akan ada lagi Arma di tengah kebersamaan kami. Padahal kehadiran itu yang selalu aku inginkan.
Yang paling aku ingat dari sosok Arma adalah ketenangan dan keteduhan yang begitu langka
: jujur saja aku tidak bisa sepertimu. Aku yang cenderung menyukai instan dan tidak sabaran.
Menjadi seperti air yang tenang itu sulit bagiku, Ma. Apa mungkin itu sudah bawaan lahir? Faktor Genetik? Ah entahlah. Aku jadi penasaran, apa DNA turut serta menentukan tingkat kesabaran dan ketenangan seseorang.
Arma -- Karena tidak bisa melihatmu hadir seperti dulu, maka bercanda lewat tulisan pun cukup. Bukan begitu? Kurasa kaupun setuju.
Ada satu hal yang aku sering mengajinya, tetapi entah kenapa aku masih saja penasaran, di mana sebenarnya ruh berada ketika ia baru saja dan beberapa jam telah terpisah dari raganya? Masihkah di sekitar tempat jasadnya berada? Atau ke mana?
Lalu apa kau melihat air mata – air mata yang tumpah untuk menangisimu ketika menyadari bahwa kau telah tiada?
Sore itu, 6 jam paska kau berpulang, aku ke rumahmu. Dan di sana penuh suasana haru. Aku memeluk ibumu yang jujur saja baru kali itu ku temui. Untuk beberapa saat, Kami berdua menangis dalam pelukan melepas kepergianmu.
Dan setelahnya aku menyadari, betapa sulitnya menemukan ketenangan yang ada pada dirimu. Dan aku menyesali bahwa mungkin setelah hari itu aku akan sering merindukanmu lebih dari sebelumnya. Apa kau tahu semua itu? Mungkin kau tidak tahu. Dan sepertinya tidak perlu tahu.
Ma, dalam beberapa agenda Ilalang terakhir, ketidakhadiranmu mengurangi sedikit rasa nyamanku. Tidak ada hal yang membuatku begitu menyukaimu. Tetapi bagaimanapun, kehiilanganmu menyisakan ruangan yang hilang di sini. Dalam hati.
..
Malam ini, 37 hari menjelang ulang tahunmu yang ke 24. Tetapi kau tidak pernah bisa sampai pada 24 tahun, hanya namamu. Aku membayangkan betapa rindunya ibumu ketika hari ibu nanti tiba. Pada hari itu 24 tahun lalu dia melahirkan seorang bayi laki-laki yang lucu dan membawa kebahagiaan untuk seisi rumah. Tetapi tanggal 22 bulan 12 besok Beliau harus rela mengenang bayi itu hanya dalam foto dan kenangan.
Ma, kesedihan seorang ibu yang ditinggal ibunya akan lebih mendalam dibanding kesedihan seorang anak yang ditinggal orang tuanya.
Arma ingin sekali kukatakan kepadamu, bahwa aku dan sahabat-sahabatmu, terlebih kami yang ada dalam Ilalang sangat merindukanmu. Mungkin cepat atau lambat, kami pun akan berada di tempat yang sama sepertimu, hanya menunggu waktu. Hanya saja dalam sisa waktuku yang kadang terasa panjang, aku hanya berpikiran – bagaimana keadaanmu sekarang?
15-11-2018

0 comments:

Post a Comment