Meramu

MERDABA ~ Meramu Damai Bersama

SASTRA

Goresan Tinta Cerpen dan Puisi

BOOK CORNER

Temukan Rekomendasi dan Review Buku dari Meramu.com

SEPUTAR ISLAM

Artikel Seputar Islam.

Biology Corner

Belajar Biologi Bersama

Marhaban ya Syahru Rojab

https://www.youtube.com/watch?v=XY4dPRBErJk
https://www.youtube.com/watch?v=45jq0QIU52o

Mendengarkan konten youtube di atas membuatku melayang ke belasan tahun silam. Ketika aku duduk di serambi rumah, memandang langit yang masih sedikit diselimuti lembayung merah. Hari pertama bulan rajab, di mana sholawat yang mengandung doa minta barokah dilantunkan dari satu mushola ke mushola yang lain. Bersahutan. Membuat hati tenang.
Dan setiap kali diperdengarkan, ia mencipta rindu tersendiri. e satu nuansa yang tidak bisa kudapatkan di bulan-bulan lain.

Rajab ini membuatku rindu Ramadhan. Rasanya baru kemarin lebaran dirayakan, tetapi dua bulan lagi ia sudah akan datang. Semoga umurku cukup panjang untuk dapat menjumpai Ramadhan tahun ini. Dan jika diperkenankan berjumpa, semoga ridho Allah senantiasa menyertai, sehingga kegersangan hati ini dapat tersiram dengan rahmat dan kasihNya.

Sungguh, tiada daya dan upaya kecuali milikNya.




Prelude of Symphony

Berlarian.
Mengarungi suatu kesepakatan yang kita sebut hari.
Mengejar sesuatu yang kita sebut mimpi.
Berlari dalam sebuah simfoni -
yang tetap sama dari kita lahir sampai kita sebesar ini.
Hari tidak berubah, yang ada hanya sudut pandang yang berganti.
Rasa tidak berganti, hanya kita yang memilih tidak memberinya arti.

Berlarian.
Lalu terjatuh dalam ruang yang aku buka sendiri.
Awalnya hanya rasa ingin tahu yang dalam -
Memasuki ruangan itu sambil mengatakan, Setelah cukup aku akan segera keluar
Tetapi daya ikat di dalam terlalu kuat, sampai aku lupa mana pintu keluar dan mana pintu untuk masuk lebih dalam.

Berlarian.
Kupikir sebuah cahaya yang terlihat adalah cahaya untuk pulang
Setelah aku berjalan dan sampai pada cahaya itu, aku akan bebas dari kegelapan ruangan ini
Sayang sekali itu adalah cahayamu, yang menyilaukan dan membuatku tidak mampu melihat ke arah lain lagi - kecuali ke arahmu.

Jika cahaya tidak memberimu petunjuk ke arah yang tepat,
apa ia masih layak disebut cahaya?

Kenapa setelah disatir berulang kali, cahayamu masih tetap terpancar?
Menyisakan aku, yang berlarian seorang diri, dan tidak tahu ke mana harus pergi

Semua tempat ini terlalu lekat denganmu, aku jadi enggan untuk pergi.

Go

You may go.
Me too - will go.
Let the sun shines
Let the earth rotates
Let the plant grows
We should not find relation in everything happened
We should not stay in a line where we should not be
We should not talk to a person we should not to

You may go
and I do, will

--

Bagaimana Jika?

Masih langit yang sama. Sedikit berwarna biru dan lebih banyak berwarna putih. Bedanya, hari ini sedikit gaduh. Banyak orangtua santri datang untuk menjemput putri mereka pulang. Setelah hampir dua bulan tinggal di Mahad, akhirnya anak-anak itu bisa sejenak menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta.

Enam tahun lalu, ketika tinggal di PPSD, waktu liburan adalah waktu paling ditunggu-tunggu. dan waktu kembali ke pondok adalah waktu yang paling dihindari. Kedua waktu itu terjadi berulang dan berdekatan. Lau tanpa terasa semua itu sudah berlalu. Aku meninggalkan kenangan di sana - yang bisa kugali lagi kapan saja. Dan cerita, yang bisa kutulis kapanpun aku mau.

Baiklah. Kalau begitu aku menobatkan "kenangan dan dikenang" adalah bagian dari hal berharga.

Aku ingin bercerita kepadamu tentang sesuatu. Kau bisa menjawab pertanyaan yang ada di sela-sela cerita lain waktu jika kita bertemu. Aku tahu jawaban tidak harus ada segera setelah kita bertanya. Aku tahu beberapa hal membutuhkan waktu yang lebih lama dari seharusnya.

Bagaimana jika kau menjadi begitu berharga bagi seseorang?
Bagaimana jika ternyata namamu dilangitkan berulang kali?
Bagaimana jika di luar sepengetahuanmu, ternyata seseorang diam-diam memperhatikanmu, menjadi tidak biasa ketika segala sesuatu tentangmu disinggung, dan menyebut namamu lebih sering daripada yang lain?

Apa kau bisa menerima semua cinta itu?
Atau kau lebih memilih untuk beranjak daripada membuatnya terluka?

Jawab itu nanti, ya. Kau punya banyak waktu untuk berpikir. Tetapi jika kau membuatku menunggu terlalu lama, maka aku akan memilih lupa pada pertanyaan itu dan berhenti menunggu jawabanmu.

Kau tahu kan?
sesuatu seperti cinta tidak bisa ditumbuhkan dengan sengaja?
Kadang kita berupaya mencintai sesuatu tetapi tak juga berhasil. Kadang kita membiarkan semua berjalan sebagaimana mestinya - lalu tanpa sadar kita telah jatuh cinta pada suatu hal.

Ba, seandainya bisa, maka aku memilih jatuh cinta pada yang mencintaiku saja. Dengan begitu ceritanya menjadi sederhana. Dicintai kadang membuat kita menjadi serba salah. Mencintai kadang membuat kita menjadi lebih serba salah. Kenapa cerita perlu menjadi serumit itu ya Ba?

Aku berharap semua menjadi lebih sederhana. Tapi barangkali yang membuat rumit bukan situasinya, tapi cara berpikirnya. Jadi setelah ini aku akan menyederhanakan pikiran, haha.

Ba, tidak penting bagaimana semua ini bermula. Kadang kita memang menyelam terlalu dalam dan tenggelam. Tapi bukan berarti kita tidak bisa kembali ke permukaan. Kadang kita terlalu asik mengikuti arus sampai lupa jalan pulang. Tapi bukan berarti kita sudah sepenuhnya lupa bagaimana cara kembali.

Setelah sekian waktu berkelana, kita pasti akan dihadapkan dengan sesuatu yang mengharuskan kita untuk pulang. Setelah sekian waktu terlena, kita pasti akan menemukan sesuatu yang membuat kita ingat lagi pada apa yang semestinya.

Setiap pengalaman adalah pembelajaran.
Dan kau - juga pelajaran.
Sembari melepaskan, aku ingin melihat beberapa hal lagi, yang mungkin selama ini tanpa sengaja terlewatkan. Sembari melepaskan, aku belajar menerima ketetapan Tuhan. Barangkali selama ini pasrahku masih sebatas kata, belum seutuhnya lahir dari hati. Barangkali ikhlasku masih sebatas ucapan tanpa pemaknaan.

Terimakasih sudah menjadi bagian dari cerita. Besok kau kembali ke Singapura kan?
Selamat belajar dan berproses. Kita bertemu lagi nanti jika Allah meridhoi ^^

Like An Arrow

Life is going to pull you down like a bow to an arrow, but still you are an arrow - Hasna Jamila.

Kita tidak bisa menghindari itu - jatuh berkali-kali dalam kehidupan. Lebih buruknya, kadang kita juga terjerembab dalam lubang yang sama. Bukan tidak belajar. Tapi di beberapa kondisi kita menjadi mudah memaafkan dan memaklumi.

Suatu ketika temanku pernah berkata. "Menghindari pengalaman buruk dan mengejar pengalaman baik juga sesuatu yang negatif."

How could it be?
Seharusnya mengejar pengalaman positif adalah positif. Menghindari pengalaman negatif adalah positif. Seharusnya.
Tetapi, jika terlalu perfeksionis, bisa jadi kita justru melewatkan banyak hal karena idealisme yang kita miliki dan ketakutan yang membayangi. Instead of doing we end up think without acting. Jadi apapun itu, asal kita sudah yakin memilih yang terbaik, then just do it!

Kalau hasilnya baik, alhamdulillah. Kalau hasilnya tidak sesuai harapan, alhamdulillah juga. Kita bisa belajar dari pengalaman itu. Daripada menyesal karena tidak melakukan, lebih baik menyesal karena pernah gagal. Paling tidak, jika gagal, kita memiliki sesuatu yang bisa dijadikan bahan belajar dan perbaikan. Nah kalau tidak melakukan apapun, sudah jelas kita tidak memiliki apa-apa kecuali ketakutan kita sendiri.

When life's pulled us down, actually it just want to send us a love letter, with a different way. kalau kita cukup berbesar hati menerima, setelahnya hal-hal baik pasti datang. Kadang memang semua seperti tak tertahan, tetapi itu lebih baik daripada kita tidak memiliki apapun untuk dipikirkan dan dipertimbangkan.

Kalau kita merasa lelah karena melakukan sesuatu, itu artinya kita sedang diberkati dengan kehidupan yang berkah. Karena setelah dipikir-pikir, menjadi lelah dan jenuh karena pekerjaan itu lebih menyenangkan daripada menjadi lelah dan jengah karena tidak melakukan apapun.

Barangkali yang perlu kita lakukan cuma duduk sebentar, untuk kemudian melanjutkan lagi.

Barangkali apa yang kita miliki adalah apa yang orang lain impikan. Tetapi karena kita sudah di sini, setiap hari bergelut dengan hal-hal ini, kita menjadi lupa untuk bersyukur. Merasa jenuh dan melihat ke arah lain yang sepertinya lebih menyenangkan. Padahal tidak selalu yang terlihat indah itu indah.

Because we are arrows, kita pasti akan selalu menemukan cara untuk bangkit lagi setelah jatuh yang berkali-kali. Insyaallah. Karena kita anak panah, maka busur, -yang telah menarik kita jatuh itu-, adalah teman kita. Tanpa busur kita tidak melesat ke mana-mana. Stagnan di tempat. Tanpa busur kita tidak bisa mengudara. Jadi, mari berdamai dengan diri sendiri dan melihat ke beberapa sisi yang mungkin selama ini kita lupakan.





You Still got Love to Give

So you're still thinking of me
Just like I know you should
I can not give you everything, you know I wish I could
I'm so high at the moment
I'm so caught up in this
Yeah, we're just young, dumb and broke
But we still got love to give

We have so much in common
We argue all the time
You always say I'm wrong
I'm pretty sure I'm right
What's fun about commitment?
When we have our life to live
Yeah, we're just young dumb and broke
But we still got love to give


(Khalid)

Worries

Terbangun tengah malam, dan dengan masih mengantuk membaca pesan dari seorang teman guru yang tinggal di Mahad,

"Assalamualaikum Us, saya bla bla, tadi saya sudah menemukan katak. 7 ekor untuk 2 kelas."

The message automatically made me can't back to sleep. Aku langsung melek semelek-meleknya. Siangnya mereka konfirmasi tidak menemukan katak untuk dibedah. Jadi aku santai tidak menyiapkan apapun. Akhirnya dengan the power of kepepet, tengah malam itu aku menyiapkan panduan praktikum sederhana. Untungnya buku kuliah yang dulu jarang kubaca masih tersimpan dengan rapi, jadi aku sangat terbantu dengan materi yang ada di situ.

Tapi entah kenapa jadi takut sendiri.

besok mau bedah katak?n
Oh God! Why did I tell my students to kill animals?! Mendadak ga tega, mendadak takut dholim sama binatang, tapi mereka juga butuh nyobak bedah biar mereka punya greget buat tahu lebih banyak. Bisa sih memang dengan praktikum yang lain, but this one will be special.

Jam 3 aku selesai menyusun modul praktikum. Berniat tidur sebentar terus jam 4 bangun lagi, but well aku keblablasan sampai jam 5. Jadi bolos ngaji just because of modul x,x. I am not that good at managing time. I admit it.

Habit mengerjakan sesuatu secara dadakan masih susah dihilangkan. Padahal sudah tahu - menunda bukan hal baik, tapi masih saja dilakukan.

Pagi harinya aku keliling apotik buat nyari Kloroform, tapi ga ada yang jual. Di Tuban ga ada toko bahan kimia yang lengkap. Jadilah aku semakin gundah, nanti kataknya bakal semakin tersiksa kalau didouble pith tanpa dibius.

I am so dizzy. Indeed. 
Setelah baca-baca lagi, akhirnya nemu solusi. Kloroform diganti dengan Alkohol 70%. I wonder apa alkohol punya efek bius? atau sekedar disinfektan?
Setelah baca-baca lagi, ternyata they say it does. Alkohol will work properly untuk dijadikan bahan bius. Aku merasa sedikit lega.

Jam praktikum akhirnya tiba.
you know what? I almost cancel praktikumnya gara-gara ga tega. tapi anak-anak sudah nyari katak. kasian kan. Mereka sudah semangat sekali.

Waktu poses bius, mau didouble pith, tiba-tiba listriknya agak kongslet. lampu-lampu pada kelap-kelip, nyala mati. dan itu jarang terjadi di komplek sini.
kok suasananya gini banget, kayak ga ngebolehin kataknya dibedah, huhu

my feeling becomes so absurd. Tapi kukuatkan hati, Alhamdulillah praktikum berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu. Finally, setelah sekian jam yang mendebarkan dan membuatku dipenuhi kekhawatiran, aku bisa bernafas lega.

Jadi, apa tahun depan mau praktikum bedah katak lagi buat ngamati sistem organ? :D

I am not so sure. I have to consider it biar ga korban perasaan lagi ;D



After


After the package of sweet moments.
After the abundance of happiness and joyous.
After all sadden parts of life.
And after everything.
Eventually I realize that we don’t stand a chance.

What is Today?

Hari ini, Ashraf Sinclair meninggal dunia.
Itu mengingatkan kita, bahwa manusia bisa kapan saja berpulang. Tidak peduli muda atau tua, sehat atau sakit. Jika memang sudah sekian jatahnya, maka yang namanya kematian tidak bisa dipercepat atau diperlambat.

Setelah meninggal nanti, kita mau apa?
Kita tidak tahu itu, dan itu bukan sesuatu yang bisa direncanakan.

Ba, dulu setiap kali memikirkan kematian, aku selalu dibayangi rasa takut. Bagaimana jika aku dan keluargaku tidak berkumpul lagi di akhirat nanti? Bagaimana jika orang-orang yang aku tinggalkan menjadi sedih dan terluka? Bagaimana jika ternyata aku tidak diridhoi untuk bertemu dzatNya?

Aku takut sekali, meskipun sudah berkali-kali aku membaca dan mendengar bahwa setiap yang bernyawa sudah tentu akan mati.

Lalu ketika aku beranjak dewasa, rasa takut itu perlahan berkurang. Memang masih ada, tetapi tak sebesar dulu.

Kematian pada dasarnya adalah jalan kembali. Sebuah pintu yang memulangkan kita dari perjalanan singkat di dunia. Tetapi selagi kita hidup di sini, rasa-rasanya inilah kehidupan kita yang sesungguhnya. Seakan-akan setelah ini adalah sesuatu yang fana, padahal jelas-jelas kenyataannya bukan begitu.

Kita berlari mati-matian di atas bumi ini. Mengarungi semua rasa demi menyusun cerita yang mau tidak mau harus tetap kita rangkai. Lalu di suatu titik kita ingat mati, tetapi lebih banyak lagi titik di mana kita berpikir akan hidup selamanya di sini.

Ba, bagi jiwa yang merindu Tuhannya - kematian adalah sesuatu yang indah. Tapi karena aku yang banyak tersatir ini - membayangkan kematian rasanya tetap saja membuat hati menjadi gelisah. Kita tidak tahu kapan berpulang. Kita tidak tahu sampai kapan kita diizinkan bernafas. Kita hanya bisa mempersiapkan apa yang bisa kita persiapkan. Kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik, semampu kita. dan aku tidak bosan-bosannya memberikan kemakluman kepada diriku - bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa. Bayangkan Ba, jika bukan karena besarnya rahmat Allah dan syafaat nabi di yaumil akhir kelak, apa yang akan kita andalkan lagi?

Ba, di sela-sela kematian yang sedang kita bicarakan, aku masih ingin mengatakan bahwa rindu ini tak juga terusik. Ia masih ada di sini. susah dienyahkan, entah mengapa. Dalam setiap waktu yang berjalan, di tempat yang dulu sering kau kunjungi, aku ingin kau datang lagi. Mengetuk pintu. Masuk dan duduk. Lalu kita berbicara. Hanya itu saja.

Tetapi, sejak aku telah bertekad melewatkanmu, itu berarti aku harus terbiasa mengalihkan pikiran kepada sesuatu yang lebih perlu. Pelan-pelan membiarkan namamu terkikis oleh waktu. Ketika nanti namamu disebutkan lagi, aku hanya perlu berkata oh iya, dia, aku tahu - tanpa perlu merasa rindu atau jengah akan sesuatu.

Ba, jika nanti kita tidak berjalan beriringan, jika terpaksa harus berseberangan, tolong jangan bertabrakan, ya. Kita boleh berbeda, tapi tidak untuk membenci. Kita boleh berjauhan, tetapi tidak untuk saling menjatuhkan. Pondasi yang telah dibangun papamu bertahun-tahun yang lalu, itu adalah bagian dari tanggung jawabmu. Besar sekali harapan Beliau bahwa putra-putranya, kau juga salah satunya, akan mampu melanjutkan perjuangan yang telah dirintis itu. Bagi Beliau Ba, pondasi ini adalah investasi akhirat. Beliau tidak mendirikan tempat ini untuk meraup keuntungan atau mencari nama belaka, kau tahu itu lebih baik daripada aku. Beliau hanya sedang mempersiapkan sesuatu yang harus menjadi bekal - ketika kelak berpulang.

Jadi, besar juga harapanku kepadamu. Agar prosesmu yang sekarang akan membentukmu menjadi pribadi yang mampu membawa pondasi ini menjadi lebih baik ke depan. Jika nanti karena suatu hal aku terpaksa harus berhenti menjadi bagian dalam pondasi yang telah papamu bangun, maka maafkan aku ya, Ba. Percayalah aku akan tetap mendoakan yang terbaik untuk tempat ini.

Boleh aku memberitahumu sesuatu?
Aku mengagumi papamu - bukan karena Beliau pemimpin di sini, bukan juga karena Beliau seseorang yang berhasil dalam berbisnis. Tetapi karena Beliau memiliki latar belakang santri, dan Beliau mampu melakukan semua itu dengan satu dasar: kepasrahan kepada Allah.
Ba, tentu saja aku tidak begitu tahu bagaimana Beliau telah jatuh bangun berulang kali, tetapi bagaimanapun, Beliau sangat menginspirasi.

Aku juga mengagumimu, Ba.
Mengingat kau bercerita tentang seseorang yang kau temui di Indo apa Alfamart itu, yang menjelek-jelekkan papamu, dan kau menanggapinya dengan santai seolah kau bukan siapa-siapa, lalu di lain kesempatan orang itu menjumpaimu bersama papamu, membuatku ingin tertawa lagi dan lagi.

Besok kau genap 20 tahun kan?
Miladukum Saidah ya ^^.  selamat datang di usia duapuluhan. Banyak hal baru akan kau temui 10 tahun ke depan sampai kau menjadi Bapak-bapak berusia 30an. Semoga Allah memberkatimu dengan umur yang panjang dan berkah. Semoga kau dapat berbahagia selalu dan dijauhkan dari orang yang penuh kepura-puraan. 

Piper sp.


Piper sp. ini sengaja ditanam dan ditumbuhkan sebagai hadiah ulang tahun seseorang. Ia dirawat dengan penuh cinta. Seharusnya diberikan dua hari lagi, tetapi daripada menimbulkan kesan tidak mengenakkan, jadi ia akan tetap disimpan dan ditumbuhkan di sini: sebagai teman, pengingat, dan juga sumber kehidupan - karena daunnya menghasilkan gas berguna bagi semua orang di ruangan ini.

Sekaligus, tetap ditumbuhkannya tanaman ini di sini, sebagai tanda perpisahan. Bukan berpisah untuk tidak bertemu lagi. Bukan berpisah untuk kemudian tidak mengenal lagi. Tetapi berpisah untuk cara pandang yang tidak tepat.

Bagaimanapun, aku tetap bersyukur bisa memasuki cerita baru yang telah berjalan satu tahun lebih ini. Kendati belum tahu apa yang tersimpan di balik ceritanya, paling tidak - ada beberapa pelajaran dan kenangan yang bisa dipetik dan disimpan. Bukankah itu cukup? untuk jadi cerita di masa mendatang, jika ia memang patut diceritakan.

Aku tidak tahu, mengenalnya untuk apa. Aku juga tidak tahu, kenapa rasa yang tidak sewajarnya itu ada. Yang jelas, apapun itu, memang itu yang mungkin sudah semestinya terjadi. I learned so many things. Merasa lucu and dumb juga kadang. But it is okay.

Ah! Selamat ulang tahun yaa. Semoga barokah senantiasa menyertaimu ^^. Semoga apapun yang kau putuskan dan jalani - selalu mendapatkan rahmat dan maunah Allah. Semoga apapun yang kau kehendaki dan inginkan- senantiasa sejalan dengan kehendak Allah. Allahu yubarik fikum.

What Flies So Fast?





Midday with a little amount of sunlight. It is a bit cloudy. After rain doesn’t fall for so long – finally it was poured so hard late day and night. After wandering around for months and considering a lot of things, I think this is the right time to decide.
It is not only about dreams or challenges. It is not only about pursuing something or someone you loved to be with. More than that, it is about a time to settle down and define a new life.
Seeing these students laugh and run there and here reminds me that it is been so long after I graduated from high school. I am not a teenager who needs to fool around. I am not a kid anymore, although some childish sides of me are still here.
I do not know that people become mature so fast.
I do not know that time flies too fast.
It was just yesterday when I was so happy to get the new shoes to be used in my first day of elementary school. It was just yesterday when I was elected as part of IPPNU MA Ma’arif 7’s Big Family. It was just yesterday when I was so proud to be the part of this Bahrul Huda Foundation. But who knows that it is been months, it is been years, and I am still me with no difference.
Do you have an idea what will happen next?
Do you have ideas to transform yourself into a fully-grown-man?
They told me that maturity is coming from experiences. And it does. My friends and I agreed that maturity is about with whom we are talking about. It is not well-defined.
However, when I see Maudy Ayunda and Belvadevara – I always think that they are well-grown in their young ages. They achieved so many achievements when they are in twenties-age. It is great. Sometimes I was so jealous to their capability of managing times and urging their self to be consistent in the hard-works. Sometimes, I was so jealous that they are able to manage their emotions so well.
Then now, I learned to manage mine too. Trying to be stable and consistent. Wherever I am, it is a laboratory to learn and experience new things, to grow and develop as well.
Do you still have an idea what will happen next, Ba?
It is not our obligation to think about it. We just need to do our best. No matter what the results. It is hard sometimes. It is itchy sometimes. It is bleeding sometimes. But trust that things are coming and going right in its time. No need to worry about the future. No need to be afraid taking the decision. As long as you have the strength inside your heart, the family to support you no matter what, then you will keep alive inside and outside; Then you are still you whatever comes through.
One thing – love makes us strong.
When we are so weak and fragile – realizing that love surrounds us is so abundant will make us able to stand and run again. Then keep that love inside your heart. Because without loving, we won’t be able to see and feel loves in this universe.


Hujan

Hujan ya?
Tepat sekali, hujan di hari Minggu. Suasananya syahdu. Bau khas petrichor membuat siang menjelang sore ini menjadi kian sempurna.

Selagi aku mencoba menentramkan hati, aku ingin berdoa kepada Yang menguasai semesta ini, karena katanya doa di waktu hujan memiliki kekuatan yang besar. Katanya mustajabah.

Jadi aku berdoa, jika kita baik untuk bersama dan dapat berjalan beriringan sebagai teman hidup, maka semoga kita berjodoh. Tetapi, jika kita lebih baik menjadi sekedar teman, maka semoga Allah segera menuntun kita pada seseorang yang tepat.

tapi kau juga harus tahu, denganmu, aku sudah menepis semua keraguan. Karena menghawatirkan masa depan terlalu banyak, bukan pilihan yang baik. Apapun yang terjadi di depan, jika kita memutuskan untuk bersama, itu artinya kita sudah siap menghadapi setiap sesuatunya bersama. Suka dukanya. Setiap inci ceritanya. Kita akan tetap berpegangan tangan dan berjalan berdampingan.

Hujan ya?
Apa yang sedang kau pikirkan?
Jika itu bukan aku, semoga itu adalah perenunganmu tentang kehidupan, rencana langkah kakimu ke depan. Paling tidak ada satu hal yang membuatku tenang, kita memiliki Tuhan yang satu. kita memiliki magnet kasih sayang, dasar kekuatan, dan sumber kehidupan yang sama: Dia Yang Maha Segala.

Semoga hujan ini adalah rahmatNya, semoga Ia menyelipkan jawaban di antara tetes hujannya.


Telepati

Kuharap kau adalah jawaban dari doa-doa yang pernah terlangitkan.
Kuharap kita tahu, berharap pada telepati tidak menyelesaikan sesuatu.
Haruskah kita melangkah? Mengambil resiko?
Iya atau tidak. Satu frekuensi atau berbeda, setidaknya kita bisa tahu setelah berbicara.

Menjumpaimu malam ini, di saat kita sama -mengenakan warna dasar putih, rasanya cukup menenangkan. meski hanya sepintas pandang yang segera lalu, aku sudah sangat bersyukur akan itu. Tetapi sebelum kau kembali ke tanah rantau di seberang sana, kuharap kita bisa bertemu dan duduk bersama.

Bisakah kita?

Symphony

Every time I stand among plants - I feel the serenity in my soul. Like there is nothing to worry about. Like all my fears are fade away. Standing in a place where voices of human is less and voices of nature is clearly listened - is one of greatest symphony I can have. 


Elegi

Selamat malam, Ba.

Apa kau tahu aku sangat rindu?
Apa kau tahu aku ingin duduk dan berbicara banyak hal denganmu? Perlu kukatakan lagi? bahwa asal itu denganmu, maka membicarakan apa saja adalah baik. Pergi ke mana saja baik. dan melakukan apa saja juga baik.

Tetapi, siapa kita untuk bisa melakukan banyak hal bersama?
Aku sempat kehilangan perasaanku kepadamu. 
Meski perasaan tidak memiliki tombol on off, kalau ditekadkan - sedikit demi sedikit ia bisa dinetralkan.
Tak kupungkiri, akupun sempat sangat putus asa dengan perasaanku kepadamu. Kupikir lebih baik menghapusnya, daripada aku terus melihat ke arahmu seorang diri. Merindu seorang diri. Menyimpan seorang diri. 
Menghadapi yang pasti jauh lebih baik.
Tetapi aku digoyahkan lagi. Ketika perasaan kepadamu pergi, aku justru menghadapi banyak perasaan baru yang berkaitan dengan benci. Lalu kupikir, lebih baik mencintai, daripada membenci. Dan kuputuskan untuk memupuk kembali yang pernah hilang. Namun ternyata aku salah, yang dipupuk seharusnya bukan rasa cinta kepada manusia saja - rasa cinta kepadamu. Seharusnya yang lebih perlu dipupuk adalah rasa cinta kepada yang menciptakanmu, Ba.

Aku lupa, bahwa berharap kepada manusia seringkali mengecewakan. Aku lupa, bahwa meski aku menyukaimu, belum tentu kita akan bersama. Sudah semestinya aku mengosongkan hati. Melepaskan yang seharusnya dilepaskan. Mencintai yang sudah sepatutnya dicintai, ketika benar-benar telah ada ikatan.

Barangkali aku memang salah, memilih masuk ke dalam ceritamu. Aku juga salah, melihat ke arahmu tanpa mempertimbangkan banyak hal. Akan lebih baik, jika aku melihatmu dengan cara yang berbeda. Bukan dengan cara Fatimah melihat kepada Ali.

Tetapi apapun itu, yang telah terjadi berarti telah ditakdirkan. Harus kuakui, menemukanmu adalah salah satu anugerah dalam hidupku. Dan apapun yang terjadi nanti, pasti itu yang terbaik. entah kenapa aku percaya, tidak sesuatupun akan melewatkanku jika ia memang ditakdirkan untukku. dan tidak sesuatupun mampu aku rengkuh, jika ia memang tidak ditakdirkan untukku. Dan itu berlaku dengan perihal tentangmu juga.

Baiklah,
Kenapa aku tidak pernah mengatakannya kepadamu, sementara aku memiliki banyak kesempatan untuk berbicara?
Pertama, aku tidak ingin membuat yang sudah terjalin dengan baik menjadi renggang.
Kedua, di saat aku tidak berani mengambil resiko, maka mengenalmu dan terhubung denganmu - dengan cara yang seperti inipun sudah cukup.
ketiga, jika memang diam ini tidak merujuk ke manapun, maka aku akan menerima semua keputusan yang dibuat untukku. Aku yakin suatu saat bisa melewatkanmu.

Apa kau ingin tahu bagaimana aku melihatmu? dan kenapa aku sesuka itu kepadamu?
Untuk pastinya aku tidak tahu. Yang jelas pandangan manusia berubah-ubah. 
Apa kau bertanya-tanya, perihal aku yang menyukaimu itu semua hanya karena papamu? 
untuk itu, kusarankan kau tidak gegabah memikirkan sesuatu. 
Seorang manusia tidak bisa mencintai manusia lainnya hanya karena orang lain. Tetapi memang, manusia bisa menyukai sesuatu dengan kadar tertentu - karena orang lain.

Akupun tidak tahu menyukaimu karena apa.
Perasaan itu tiba-tiba saja ada. Bagai sihir yang esok harinya bukan apa-apa lalu siang harinya jadi sesuatu yang berharga.

Aku memang tidak tahu bagaimana keadaanmu yang sebenarnya. Apa kata orang tidak akan pernah cukup menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. orang hanya menilai dari luar, sementara yang benar-benar tahu apa yang terjadi hanya kau sendiri, dan orang yang berada di dekatmu.

Awalnya, aku hanya melihatmu sepintas. Dan yang sepintas, tentu tidak memberi kesan. Lalu aku mendengar banyak tentangmu. baik burukmu, tapi hanya dari persepsi orang. Aku hidup di tempat kau terbiasa hidup. kau di lingkungan ini 12 tahun, dan kau pergi tepat di saat aku datang. kita tidak sempat saling mengenal. Dan itu jalan yang Allah pilihkan untuk kita. Tetapi entah bagaimana, Allah memberi kita kesempatan untuk berbicara. Dengan jalan cerita yang sedikit di luar kebiasaan.

Sebelum mengenalmu lebih dalam, aku pernah berpikir,
"kasihan sekali dia. di usianya yang masih muda, ia harus menanggung banyak beban. Ia harus berpikir lebih banyak dari yang anak seusianya pikirkan. Ia harus menerima cerita-cerita penuh warna dari banyak pihak, yang mungkin saja bisa menimbulkan kebencian dan sekaligus rasa kasihan di hatinya. Apa dia kehilangan kepercayaan kepada banyak orang? apa kemudian dia akan sulit mempercayai orang lain? apa dia kesepian? apa dia butuh bahu untuk bersandar tapi ia diam saja? apa ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia takut? atau ia justru menjadi ingin acuh saja?"

Aku tahu itu hanya aku yang berpikir secara berlebihan. 
and the way I overthink things made me want to accompany you passing all of bitterness and sweetness in life. Tapi aku naif sekali berpikir seperti itu. siapa aku? aku bahkan ragu apa kakiku kuat. aku tidak yakin bisa menenangkanmu di saat beberapa hal menjadi tidak baik.

Kenaifan yang sama, bahwa aku ingin memberitahumu bahwa mencintai lebih baik daripada menyimpan benci dalam hati. Aku ingin mengatakan itu di saat aku sendiri belum selesai dengan diriku tentang hati. Ah! maafkan aku. Aku memang naif. Tidak seharusnya aku bersikap seolah tahu banyak tentangmu sementarara yang sebenar-benarnya aku tidak tahu apa-apa.

Setelah sempat bersua denganmu, berbicara dan duduk bersama.. aku menyadari sesuatu, bahwa dari setahun yang lalu, kau sudah banyak berubah. Caramu berbicara dan menyampaikan sesuatu banyak berubah. Kau terlihat lebih dewasa, dan kau terlihat mencoba menguasai keadaan di mana kau berada. Setelah sempat berbicara, kurasa kau jauh lebih kuat dan jauh lebih dewasa dari yang aku pikirkan. Meskipun aku yakin, yang namanya keraguan dan ketakutan pasti ada. Tapi kau bisa menutupinya dengan baik. Kau membuat orang lain tidak melihatnya.

Aku menyukaimu, jujur saja, aku menyukaimu, tak peduli apapun itu. Mau bagaimanapun kau, aku menyukaimu. Terlebih tentang kesederhanaan yang terlihat di mataku. Tetapi lebih dari itu, aku memang tidak mengenalmu. Aku hanya berlagak kenal. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, meski aku sangat ingin tahu.

Bila tahu aku memandangmu dengan cara seperti ini, bisa jadi kau akan enggan kepadaku. you may do not like someone who acts like she knows everthing while she knows nothing. You may feel weird to someone who is so strict and stuffy. I am sorry. Indeed. forgive me.

Akupun tidak tahu kenapa aku begini.
Mengingat waktuku yang semakin berkurang, kurasa mulai saat ini aku akan berusaha lebih bijak, untuk tidak lagi melihat ke arah yang kurang tepat. kau tahu kan? ada kenyataan yang harus kita jalani. dan kenyataan yang sudah menungguku - harus kujalani juga.

Semoga kita mampu bertumbuh dengan baik ya Ba, di mana saja, bersama siapa saja. 

Daun Dengan Tulisan Nama Kita

Katanya, sebelum dilahirkan takdir kita telah ditentukan.
Baik buruknya.
Kelahiran dan kematian.
Rezeki dan Jodoh.

Dan katanya, tidak ada yang dapat mengubah takdir, kecuali doa.

Kita tidak tahu, bagaimana takdir kita kelak. Yang seolah seumur hidupnya baik, belum tentu mendapat khusnul khotimah. Yang kelihatannya bukan orang baik-baik, bisa jadi di akhir hayatnya Allah berkenan memberi hidayah, lalu jadilah orang itu mendapatkan anugerah khusnul khotimah.

Kita sungguh tidak tahu bagaimana takdir kita. Tetapi Allah begitu baik memberi kita wilayah doa dan usaha. Dari kejadian alamNya, Ia juga memberi kita isyarat - paling tidak, jika kita sudah berusaha menjadi orang baik, maka peluang untuk mendapatkan khusnul khotimah lebih besar. Jika kita seringkali melanggar aturanNya, maka peluang khusnul khotimah menjadi lebih sempit. Itu yang perlu kita yakini. Sehingga dengan demikian kita akan selalu berusaha untuk menjadi baik, meskipun tak dipungkiri kita banyak tersandung dengan kesalahan-kesalahan. Bagaimanapun, kita manusia, tempatnya salah dan lupa. Kata Gus Baha, berpikir bahwa dosa kita terlalu banyak juga bentuk sebuah kesombongan, karena itu artinya kita lebih mengagungkan dosa daripada sifat pemurah Allah.

Kenapa tidak selalu yang nampaknya baik wafat dengan husnul khotimah, Ba?

Kau pasti pernah mendengar sebuah cerita, bukan? tentang Kiai Barseso. Yang seumur hidupnya diisi dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah, tetapi di akhir hayat, naudzubillah, Beliau tidak khusnul khotimah.

Mungkin kau juga pernah membaca salah satu cerpennya Gus Mus? tentang seorang tokoh bernama Gus Ja'far yang diberi keistimewaan oleh Allah berupa kemampuan membaca masa depan. Dalam cerpen itu, Gus Ja'far bertemu dengan seorang Kiai, pemilik pondok besar di daerah Abangan. Gus Ja'far dibuat bingung karena di dahi Kiai tersebut ada tulisan Ahlun Nar (Penghuni Neraka).  Mengikuti rasa penasaran, Gus Ja'far akhirnya membuntuti Kiai tersebut. Ternyata setiap malam Kiai tersebut datang ke warung remang-remang. Uniknya, perihal Gus Ja'far yang membuntuti itu, sudah diketahui oleh sang Kiai. Akhir cerita, terjadilah sebuah dialog antara Kiai dan Gus Ja'far, yang kemudian membuat Gus Ja'far  gaji  berani lagi membicarakan masa depan kepada khalayak umum, sebagaimana sering ia lakukan dulu. dan pondok milik Kiai tersebut, yang nyata-nyata gus Ja'far tinggali selama beberapa hari, ternyata tidak ada.

Gus Mus dari cerpen itu mengirimi kita banyak sekali pesan. Begitu juga orang yang menggubah Cerita Yai Barseso. Pesannya sama, tentang sirrullah (rahasia Allah), yang kita banyak tidak tahu. Kadang, kita sebagai manusia yang tidak tahu apa-apa memang terlalu banyak menilai dan menghakimi. Seakan kitalah pemilik kebenaran yang haqiqi, seakan setiap yang berseberangan dengan kita sudah pasti salah.

Ba, ada banyak sekali rahasia Allah.
Barangkali beberapa diantaranya terasa tidak menyenangkan. But Allah always has greater things than we think. 

Kita sebagai makhluk sebenarnya hanya perlu pasrah, tapi kita tahu, terkadang itu susah. Susah sekali.

Dulu, waktu ngaji kitab 'adabul alim wal muta'allim di Ponpes Sunan Drajat, Pak Miftah pernah berkata kepada kami,

Saya jadi penghuni nerakapun tidak apa-apa. Saya rela, asal rahmat dan ridho Allah tetap menyertai saya.

Dulu, aku tidak begitu menggubris maqolah itu. Kusimak dengan baik lantas kulewatkan. Tetapi setelah direnungkan lagi, itu kalimat yang sangat dalam.
Apakah bisa seseorang mengatakan kalimat semacam itu jika di hatinya tidak ada kepasrahan yang mendalam kepada Allah?
Apakah bisa seseorang sepasrah itu jika ia tidak mencintai Allah?

Ba, aku tidak tahu. Tetapi aku yakin Pak Mif bukan orang biasa. Dari luar, Pak Miftah mungkin hanya seorang guru ngaji dan penjaga air minum genuk di komplek makam sunan Drajat. Dari yang kami lihat, Pak Miftah adalah seseorang yang senang sekali bercanda dan terlihat kurang serius. Tetapi di luar yang terlihat oleh mata kita - siapa yang tahu. Jangan-jangan ada rahasia Allah di sana. Wallahu a'lam. 

Apapun itu, semoga kita bisa menikmati khusnul khotimah di akhir hayat kita ya, Ba. dan semoga, Allah memberi kita kemampuan untuk mencintaiNya dan berpasrah kepadaNya. Aamiin.

Will You?


If I say come hither, will you really come?
If I say leave, will you leave?
I wait forever, yet I cannot be with you
So I guess this wasn’t meant to be
Since you cannot come, I will go
but, 
I cannot go
There isn’t another route there
The thought of parting
Makes me wander ceaselessly
I cry to no end, as I am still here
I have nowhere to go now
Even upon death, unable to love you
I will wander the heavens
The endless years of life
Does not even contain dreams nor desires
I may cry a thousand years
Yet each year feels fruitless
I cry, as I am still here
I have nowhere to go
Since I cannot have you, even after death
I will wander the heavens

*Translation of Onara - I can't leave sang  by Song SoHee


Senja

10 Februari 2020

Menghadap sebuah jendela kaca besar. Terlihat sawah membentang dan kendaraan berlalu-lalang. Tampak langit yang sebentar lagi meredup karena matahari akan segera terbenam. Kubah coklat kecil - atap sebuah rumah, menjulang, bersaingan dengan kubah biru yang letaknya tak begitu jauh.

Nuansa sendu. Senja yang sempurna.

Dua tahun lalu, bukan aku yang di sini. Ada almarhumah Ustadzah Linda. Aku tidak sempat bersua. Meski belakangan aku tahu, Beliau menempuh 4 tahun sebelumnya di perguruan tinggi yang sama denganku, dengan jurusan dan program pendidikan sama. Barangkali kita memang tidak berjodoh untuk bertemu.

Dari cerita teman, Almarhumah adalah orang yang baik. Beliau orang yang taat, disiplin, dan rajin. Tetapi memang, Allah lebih sayang kepada Ustadzah Linda. Allah sudah rindu. Jadi ustadzah Linda dipanggil untuk pulang lebih dulu.

Lahaa - Al Fatihah. Semoga almarhumah telah tenang dan bahagia bertemu kekasihinya.

Dan sekarang aku yang di sini. Meraba-raba banyak hal. Akupun tak tahu kapan berpulang. Aku tidak yakin aku bisa sama baiknya dengan almarhumah. Tetapi aku akan mengusahakan yang terbaik. Aku akan mencoba sebaik mungkin, semampuku.

Dua tahun lalu, aku bahkan tak terpikir akan berada di sini. Mimpiku tinggi, tetapi Allah memilihkan mimpi yang lain untukku. Dulu aku tidak ingin menjadi guru. Aku ingin menjadi dokter. Dan apa yang ada saat ini, tentu itu adalah yang terbaik - pilihan Allah.

Seiring waktu berlalu, aku mulai menyadari sesuatu, setiap satu tahapan selesai, kita akan segera menghadapi tahapan baru. Dan setiap tahapan baru, akan membutuhkan kita yang sedikit lain, kita yang mengupgrade beberapa hal. Bagaimanapun, setiap yang pernah kita lalui - tanpa sengaja - akan membentuk kita menjadi pribadi yang selalu baru. Pribadi dengan pemahaman yang ditambah, dan pengertian yang diperluas.
 semoga rahmat Allah senantiasa meliputi kita.




5 Menit saja

Andai saja lima menit lebih awal, atau lebih lama, tentu kita tidak akan berpapasan. Allah begitu baik, memberikan kita waktu yang tepat untuk bertemu.

Aku sempat menggerutu, kenapa aku terburu-buru datang ke Mahad padahal kelas Quran sore itu sedang kosong. Dan aku sedang lelah, andai saja ingat itu hari Minggu, aku mungkin akan memilih tetap berada di rumah, mbolos sehari (lagi :D). Sempat merasa greget juga, karena anak-anak balik ke kamar tapi aku dan Us Ais ketilap di Ruang UKS lantai 3, sadar-sadar mushola sudah kosong, tinggal anak-anak yang ro'an. 

Waktu mau pulang, ada saja barang yang ketinggalan, sehingga mengharuskan aku bolak-balik ruang guru. Tetapi, di balik semua ketidaknyamanan itu, ternyata Allah punya rencana lain, Alhamdulillah. 

Sekali lagi, Allah begitu baik telah memberikan kami kesempatan untuk bersua, dengan jalan yang demikian rupanya. 

Aku jadi teringat sesuatu, maqolahnya Umar Ibn Khattab,

"Hatiku tenang
  karena mengetahui bahwa
  apa yang telah melewatkanku
  tidak akan pernah menjadi takdirku. 
  dan apa yang ditakdirkan untukku
  tidak akan pernah melewatkanku."

Belajar Bersyukur

7 Februari 2020

Aku sedang belajar bersyukur. Atas apa saja yang telah dianugerahkan Allah kepadaku: Beberapa mimpi yang masih tertunda. Kesempatan berproses yang luar biasa. Keluarga yang selalu mendukung. dan teman-teman yang baik.


Pulanglah

Pulanglah jika kau lelah.
Dan tetaplah pulang meski kau sedang sangat sibuk.

Luangkan waktu agar bisa bercengkrama.
Berikan prioritas, agar ikatan yang semula erat, tetap menjadi erat.

Jika terpaksa pertemuan menjadi sesuatu yang sangat langka, maka berilah kabar, agar yang di sini tidak dipenuhi kegundahan menunggu seseorang untuk pulang.

Dan ingatlah, rumah adalah tempat kembali paling nyaman.
Di sana kau bisa menemukan apapun, termasuk ketenangan.


Februari

Tidak tahu kenapa, bulan ini rasanya istimewa.
Selain gambaran pekerjaan beberapa waktu ke depan, yang tentunya tidak jauh berbeda dengan pekerjaan kemarin, aku tidak memiliki gambaran lain.

Melakukan rutinitas yang sama - bisa saja menimbulkan kesan yang berbeda. Berada di situasi yang sama - bisa saja menciptakan kenangan dan rasa yang berbeda.

Kita tinggal di suatu tempat. Kita hidup dalam sebuah masyarakat yang majemuk. Apapun yang ingin kita lihat, itu terserah diri kita. Apapun yang   kita asumsikan, sepenuhnya itu bukan pilihan orang lain, tetapi pilihan kita.

Beberapa waktu lalu, di sini ada seorang CS (Office Boy) baru. Waktu itu, Mas CS baru masih magang. Aku ingat sekali, setiap pagi hari, sebelum semua orang datang, dia telah siap membawa peralatan untuk menyapu dan mengepel. Aku tidak bisa membaca mimik dengan baik, tetapi aku bisa melihat dan merasakan bahwa dia begitu tulus dan bersemangat.

Wajahnya selalu tersenyum, dan aku merasakan ketulusan yang terpancar. Entah karena dia masih baru, atau memang karena pribadinya yang baik, aku tidak tahu. Mas CS itu juga melakukan setiap pekerjaannya dengan penuh semangat dan cekatan.

Suatu ketika, ketika tanpa sengaja aku masuk ruangan di mana ia sedang bersih-bersih, aku menyempatkan bertanya-tanya sebentar. Ternyata dia baru lulus SMA. Itu berarti usianya sekitar 17 sampai 18. Masih muda. dan aku menyukai semangatnya.

Kukira, Jika semangat seperti Mas itu yang aku miliki, maka aku tidak akan direpotkan dengan rasa iri atau sibuk memandang ke sana ke mari. Entah yang di sana mau rebahan, mau menggunjing, atau mau menjatuhkan sekalipun, asal semangat itu masih ada dan tujuannya masih lurus, maka urusan hati tidak akan terlalu menjadi beban.

Sudah seharusnya kita tidak sibuk mengurusi pandangan sendiri. Dan kita tidak perlu mencari alasan untuk mencari kambing hitam atas segala permasalahan yang terjadi. Daripada kambing hitam, akan lebih baik jika kita mencari solusi. Kita tidak butuh menyalah-nyalahkan, kita cuma butuh pemecahan pada setiap apa yang kita lewati. Bukankah begitu?

Meskipun sulit membiasakan diri sepenuhnya menjadi positif, tetapi kita bisa mencoba memaksa diri kita dulu. Ketika kita dihadapkan dengan suatu kondisi sulit, tentu saja kita ingin marah, kalau perlu kita harus melakukan pembelaan dan menghujat sana sini. Tentu saja kita ingin melampiaskan amarah dan meminta keadilan, karena yang salah sebenarnya bukan hanya kita. Tetapi kalau mau berpikir lebih panjang, rasanya hal itu tidak diperlukan. Berbicara mudah sih, memang. Tetapi praktiknya perlu perjuangan :D

Tetapi paling tidak, kita sudah berkenan mencoba untuk sabar dan melawan hawa nafsu kita sendiri. karena kata Rasulullah saw, perang terbesar adalah perang melawan diri sendiri. Dan manusia adalah tempat salah dan lupa, jadi tidak mengapa kalau beberapa waktu kita lupa, kita hanya perlu ingat dan mencoba lagi setelahnya. sepakat kan?

Hammasah ya. Kita di dunia cuma sementara. Ibaratnya mampir minum saja, Mari mengusahakan yang terbaik. Mari mempersiapkan yang terbaik. Agar kelak, ketika kembali, kita bisa kembali dan bertemu dengan yang menciptakan kita.