What is Today?

Hari ini, Ashraf Sinclair meninggal dunia.
Itu mengingatkan kita, bahwa manusia bisa kapan saja berpulang. Tidak peduli muda atau tua, sehat atau sakit. Jika memang sudah sekian jatahnya, maka yang namanya kematian tidak bisa dipercepat atau diperlambat.

Setelah meninggal nanti, kita mau apa?
Kita tidak tahu itu, dan itu bukan sesuatu yang bisa direncanakan.

Ba, dulu setiap kali memikirkan kematian, aku selalu dibayangi rasa takut. Bagaimana jika aku dan keluargaku tidak berkumpul lagi di akhirat nanti? Bagaimana jika orang-orang yang aku tinggalkan menjadi sedih dan terluka? Bagaimana jika ternyata aku tidak diridhoi untuk bertemu dzatNya?

Aku takut sekali, meskipun sudah berkali-kali aku membaca dan mendengar bahwa setiap yang bernyawa sudah tentu akan mati.

Lalu ketika aku beranjak dewasa, rasa takut itu perlahan berkurang. Memang masih ada, tetapi tak sebesar dulu.

Kematian pada dasarnya adalah jalan kembali. Sebuah pintu yang memulangkan kita dari perjalanan singkat di dunia. Tetapi selagi kita hidup di sini, rasa-rasanya inilah kehidupan kita yang sesungguhnya. Seakan-akan setelah ini adalah sesuatu yang fana, padahal jelas-jelas kenyataannya bukan begitu.

Kita berlari mati-matian di atas bumi ini. Mengarungi semua rasa demi menyusun cerita yang mau tidak mau harus tetap kita rangkai. Lalu di suatu titik kita ingat mati, tetapi lebih banyak lagi titik di mana kita berpikir akan hidup selamanya di sini.

Ba, bagi jiwa yang merindu Tuhannya - kematian adalah sesuatu yang indah. Tapi karena aku yang banyak tersatir ini - membayangkan kematian rasanya tetap saja membuat hati menjadi gelisah. Kita tidak tahu kapan berpulang. Kita tidak tahu sampai kapan kita diizinkan bernafas. Kita hanya bisa mempersiapkan apa yang bisa kita persiapkan. Kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik, semampu kita. dan aku tidak bosan-bosannya memberikan kemakluman kepada diriku - bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa. Bayangkan Ba, jika bukan karena besarnya rahmat Allah dan syafaat nabi di yaumil akhir kelak, apa yang akan kita andalkan lagi?

Ba, di sela-sela kematian yang sedang kita bicarakan, aku masih ingin mengatakan bahwa rindu ini tak juga terusik. Ia masih ada di sini. susah dienyahkan, entah mengapa. Dalam setiap waktu yang berjalan, di tempat yang dulu sering kau kunjungi, aku ingin kau datang lagi. Mengetuk pintu. Masuk dan duduk. Lalu kita berbicara. Hanya itu saja.

Tetapi, sejak aku telah bertekad melewatkanmu, itu berarti aku harus terbiasa mengalihkan pikiran kepada sesuatu yang lebih perlu. Pelan-pelan membiarkan namamu terkikis oleh waktu. Ketika nanti namamu disebutkan lagi, aku hanya perlu berkata oh iya, dia, aku tahu - tanpa perlu merasa rindu atau jengah akan sesuatu.

Ba, jika nanti kita tidak berjalan beriringan, jika terpaksa harus berseberangan, tolong jangan bertabrakan, ya. Kita boleh berbeda, tapi tidak untuk membenci. Kita boleh berjauhan, tetapi tidak untuk saling menjatuhkan. Pondasi yang telah dibangun papamu bertahun-tahun yang lalu, itu adalah bagian dari tanggung jawabmu. Besar sekali harapan Beliau bahwa putra-putranya, kau juga salah satunya, akan mampu melanjutkan perjuangan yang telah dirintis itu. Bagi Beliau Ba, pondasi ini adalah investasi akhirat. Beliau tidak mendirikan tempat ini untuk meraup keuntungan atau mencari nama belaka, kau tahu itu lebih baik daripada aku. Beliau hanya sedang mempersiapkan sesuatu yang harus menjadi bekal - ketika kelak berpulang.

Jadi, besar juga harapanku kepadamu. Agar prosesmu yang sekarang akan membentukmu menjadi pribadi yang mampu membawa pondasi ini menjadi lebih baik ke depan. Jika nanti karena suatu hal aku terpaksa harus berhenti menjadi bagian dalam pondasi yang telah papamu bangun, maka maafkan aku ya, Ba. Percayalah aku akan tetap mendoakan yang terbaik untuk tempat ini.

Boleh aku memberitahumu sesuatu?
Aku mengagumi papamu - bukan karena Beliau pemimpin di sini, bukan juga karena Beliau seseorang yang berhasil dalam berbisnis. Tetapi karena Beliau memiliki latar belakang santri, dan Beliau mampu melakukan semua itu dengan satu dasar: kepasrahan kepada Allah.
Ba, tentu saja aku tidak begitu tahu bagaimana Beliau telah jatuh bangun berulang kali, tetapi bagaimanapun, Beliau sangat menginspirasi.

Aku juga mengagumimu, Ba.
Mengingat kau bercerita tentang seseorang yang kau temui di Indo apa Alfamart itu, yang menjelek-jelekkan papamu, dan kau menanggapinya dengan santai seolah kau bukan siapa-siapa, lalu di lain kesempatan orang itu menjumpaimu bersama papamu, membuatku ingin tertawa lagi dan lagi.

Besok kau genap 20 tahun kan?
Miladukum Saidah ya ^^.  selamat datang di usia duapuluhan. Banyak hal baru akan kau temui 10 tahun ke depan sampai kau menjadi Bapak-bapak berusia 30an. Semoga Allah memberkatimu dengan umur yang panjang dan berkah. Semoga kau dapat berbahagia selalu dan dijauhkan dari orang yang penuh kepura-puraan. 

0 comments:

Post a Comment