Selamat malam, Ba.
Apa kau tahu aku sangat rindu?
Apa kau tahu aku ingin duduk dan berbicara banyak hal denganmu? Perlu kukatakan lagi? bahwa asal itu denganmu, maka membicarakan apa saja adalah baik. Pergi ke mana saja baik. dan melakukan apa saja juga baik.
Tetapi, siapa kita untuk bisa melakukan banyak hal bersama?
Aku sempat kehilangan perasaanku kepadamu.
Meski perasaan tidak memiliki tombol on off, kalau ditekadkan - sedikit demi sedikit ia bisa dinetralkan.
Tak kupungkiri, akupun sempat sangat putus asa dengan perasaanku kepadamu. Kupikir lebih baik menghapusnya, daripada aku terus melihat ke arahmu seorang diri. Merindu seorang diri. Menyimpan seorang diri.
Menghadapi yang pasti jauh lebih baik.
Tetapi aku digoyahkan lagi. Ketika perasaan kepadamu pergi, aku justru menghadapi banyak perasaan baru yang berkaitan dengan benci. Lalu kupikir, lebih baik mencintai, daripada membenci. Dan kuputuskan untuk memupuk kembali yang pernah hilang. Namun ternyata aku salah, yang dipupuk seharusnya bukan rasa cinta kepada manusia saja - rasa cinta kepadamu. Seharusnya yang lebih perlu dipupuk adalah rasa cinta kepada yang menciptakanmu, Ba.
Aku lupa, bahwa berharap kepada manusia seringkali mengecewakan. Aku lupa, bahwa meski aku menyukaimu, belum tentu kita akan bersama. Sudah semestinya aku mengosongkan hati. Melepaskan yang seharusnya dilepaskan. Mencintai yang sudah sepatutnya dicintai, ketika benar-benar telah ada ikatan.
Barangkali aku memang salah, memilih masuk ke dalam ceritamu. Aku juga salah, melihat ke arahmu tanpa mempertimbangkan banyak hal. Akan lebih baik, jika aku melihatmu dengan cara yang berbeda. Bukan dengan cara Fatimah melihat kepada Ali.
Tetapi apapun itu, yang telah terjadi berarti telah ditakdirkan. Harus kuakui, menemukanmu adalah salah satu anugerah dalam hidupku. Dan apapun yang terjadi nanti, pasti itu yang terbaik. entah kenapa aku percaya, tidak sesuatupun akan melewatkanku jika ia memang ditakdirkan untukku. dan tidak sesuatupun mampu aku rengkuh, jika ia memang tidak ditakdirkan untukku. Dan itu berlaku dengan perihal tentangmu juga.
Baiklah,
Kenapa aku tidak pernah mengatakannya kepadamu, sementara aku memiliki banyak kesempatan untuk berbicara?
Pertama, aku tidak ingin membuat yang sudah terjalin dengan baik menjadi renggang.
Kedua, di saat aku tidak berani mengambil resiko, maka mengenalmu dan terhubung denganmu - dengan cara yang seperti inipun sudah cukup.
ketiga, jika memang diam ini tidak merujuk ke manapun, maka aku akan menerima semua keputusan yang dibuat untukku. Aku yakin suatu saat bisa melewatkanmu.
Apa kau ingin tahu bagaimana aku melihatmu? dan kenapa aku sesuka itu kepadamu?
Untuk pastinya aku tidak tahu. Yang jelas pandangan manusia berubah-ubah.
Apa kau bertanya-tanya, perihal aku yang menyukaimu itu semua hanya karena papamu?
untuk itu, kusarankan kau tidak gegabah memikirkan sesuatu.
Seorang manusia tidak bisa mencintai manusia lainnya hanya karena orang lain. Tetapi memang, manusia bisa menyukai sesuatu dengan kadar tertentu - karena orang lain.
Akupun tidak tahu menyukaimu karena apa.
Perasaan itu tiba-tiba saja ada. Bagai sihir yang esok harinya bukan apa-apa lalu siang harinya jadi sesuatu yang berharga.
Aku memang tidak tahu bagaimana keadaanmu yang sebenarnya. Apa kata orang tidak akan pernah cukup menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. orang hanya menilai dari luar, sementara yang benar-benar tahu apa yang terjadi hanya kau sendiri, dan orang yang berada di dekatmu.
Awalnya, aku hanya melihatmu sepintas. Dan yang sepintas, tentu tidak memberi kesan. Lalu aku mendengar banyak tentangmu. baik burukmu, tapi hanya dari persepsi orang. Aku hidup di tempat kau terbiasa hidup. kau di lingkungan ini 12 tahun, dan kau pergi tepat di saat aku datang. kita tidak sempat saling mengenal. Dan itu jalan yang Allah pilihkan untuk kita. Tetapi entah bagaimana, Allah memberi kita kesempatan untuk berbicara. Dengan jalan cerita yang sedikit di luar kebiasaan.
Sebelum mengenalmu lebih dalam, aku pernah berpikir,
"kasihan sekali dia. di usianya yang masih muda, ia harus menanggung banyak beban. Ia harus berpikir lebih banyak dari yang anak seusianya pikirkan. Ia harus menerima cerita-cerita penuh warna dari banyak pihak, yang mungkin saja bisa menimbulkan kebencian dan sekaligus rasa kasihan di hatinya. Apa dia kehilangan kepercayaan kepada banyak orang? apa kemudian dia akan sulit mempercayai orang lain? apa dia kesepian? apa dia butuh bahu untuk bersandar tapi ia diam saja? apa ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia takut? atau ia justru menjadi ingin acuh saja?"
Aku tahu itu hanya aku yang berpikir secara berlebihan.
and the way I overthink things made me want to accompany you passing all of bitterness and sweetness in life. Tapi aku naif sekali berpikir seperti itu. siapa aku? aku bahkan ragu apa kakiku kuat. aku tidak yakin bisa menenangkanmu di saat beberapa hal menjadi tidak baik.
Kenaifan yang sama, bahwa aku ingin memberitahumu bahwa mencintai lebih baik daripada menyimpan benci dalam hati. Aku ingin mengatakan itu di saat aku sendiri belum selesai dengan diriku tentang hati. Ah! maafkan aku. Aku memang naif. Tidak seharusnya aku bersikap seolah tahu banyak tentangmu sementarara yang sebenar-benarnya aku tidak tahu apa-apa.
Setelah sempat bersua denganmu, berbicara dan duduk bersama.. aku menyadari sesuatu, bahwa dari setahun yang lalu, kau sudah banyak berubah. Caramu berbicara dan menyampaikan sesuatu banyak berubah. Kau terlihat lebih dewasa, dan kau terlihat mencoba menguasai keadaan di mana kau berada. Setelah sempat berbicara, kurasa kau jauh lebih kuat dan jauh lebih dewasa dari yang aku pikirkan. Meskipun aku yakin, yang namanya keraguan dan ketakutan pasti ada. Tapi kau bisa menutupinya dengan baik. Kau membuat orang lain tidak melihatnya.
Aku menyukaimu, jujur saja, aku menyukaimu, tak peduli apapun itu. Mau bagaimanapun kau, aku menyukaimu. Terlebih tentang kesederhanaan yang terlihat di mataku. Tetapi lebih dari itu, aku memang tidak mengenalmu. Aku hanya berlagak kenal. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, meski aku sangat ingin tahu.
Bila tahu aku memandangmu dengan cara seperti ini, bisa jadi kau akan enggan kepadaku. you may do not like someone who acts like she knows everthing while she knows nothing. You may feel weird to someone who is so strict and stuffy. I am sorry. Indeed. forgive me.
Akupun tidak tahu kenapa aku begini.
Mengingat waktuku yang semakin berkurang, kurasa mulai saat ini aku akan berusaha lebih bijak, untuk tidak lagi melihat ke arah yang kurang tepat. kau tahu kan? ada kenyataan yang harus kita jalani. dan kenyataan yang sudah menungguku - harus kujalani juga.
Semoga kita mampu bertumbuh dengan baik ya Ba, di mana saja, bersama siapa saja.
0 comments:
Post a Comment