ARTI (3)

Gambar terkaitSesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal – Q.S. Luqman: 34**

..
Pagi tadi jam 10, saya mendapat undangan walimatul hamil di rumah tetangga dekat Pondok Gasek. Bersama dengan 7 orang santriwati lainnya, saya berangkat jalan kaki dengan membawa mushaf setelah sebelumnya mampir ke ndalem Ummi` Dewi (biasa dipanggil Bu Kaji) terlebih dahulu.
-Walimatul Hamilnya di rumah Bu Naryo. Kalian jalan kaki? Yasudah berangkat duluan saja. Nanti saya nyusul naik sepeda- tutur Bu Kaji.
Nggih Mi` kami menyahut hamper serempak.
Kami belum mengetahui dengan pasti dimana rumah Bu Naryo, Ummi` hanya memberi isyarat rumahnya di samping musholla Al Arif, memiliki latar berpaving merah. Ketika sampai di depan rumah dengan ciri yang sama, saya bertanya kepada Bapak* yang tengah duduk di teras – Beliau sedang asyik berbincang dengan shohibnya. Belum sempat bertanya, Bapaknya sudah tanya duluan
Mau cari rumah siapa Mbak?
Bu Naryo Pak, apa benar ini rumah Bu Naryo jawabku.
Saya Pak Naryo Mbak.
Kami semua tertawa kalem dan kemudian masuk ke dalam rumah setelah dipersilahkan.
Saya mengira kami akan khataman Quran 30 Juz karena akad awalnya Khataman. Tetapi ternyata tidak, dengan dipandu Bu Kaji, kami dan 3 orang tamu undangan dari kampung membaca surat-surat khusus dalam Alquran seperti: yaasiin, al Mulk, Al Imron, Luqman, Maryam, Yusuf, Muhammad, dan Ar Rohman.
Saya sendiri mendapat bagian surat Luqman. Di bagian akhir surat saya membaca ayat yang menggetarkan hati (sebagaimana yang saya tulis di atas). Benar-benar manusia sangat tidak tahu banyak hal. Dan justru karena itu, yang semakin sedikit ilmunya akan merasa telah mengetahui segalanya – yang semakin menyamudera ilmunya akan merasa tidak mengetahui apa-apa.
Kata Cak Nun, ada kalanya manusia memang tidak harus tau segala hal. Akal manusia tidak akan sanggup menerima itu, kecuali mereka yang telah terpilih.
Allahumma tsabbitnii alaa diinik. Amitna ala dinik.
Membaca ayat terakhir surat Luqman itu membuatku merasa kecil dan tak berdaya. Allah berkuasa atas segala hal. Dia Dzat yang Maha Membolak-Balik hati. Maka akan sangat sombong sekali jika manusia merasa paling benar dengan apa yang telah dia lakukan.
–Bukan banyaknya dzikir. Bukan banyaknya jama-ah. Bukan banyaknya puasa ataupun sedekah yang menjadi jaminan kita masuk surga. Kalaupun kita di naaskan menjadi ahlul jannah, itu semata-mata atas ridho dan ketetapan Allah. Kalaupun kita telah di naaskan menjadi ahlul neraka, maka itu juga atas ridho dan ketetapan Allah. Bagaimana bisa kita mengandalkan amal ibadah kita? Sedangkan seringkali dalam pelaksanaannya kita lebih cenderung lalai untuk benar-benar lillahi ta`ala. Ibadah kita terlalu banyak cela. Dan betapa Maha pemurahnya Allah yang selalu memberi ni`mat kepada kita kendati kita adalah makhluk yang terkadang tak tau syukur— cuplikan ngaos Ustadz Qowim dalam mutholaah kitab Kifayatul Atqiya`.
Maka …
Betapa kecil dan tak berdayanya manusia. Karena Dia yang Maha Segala maka Dia bebas melakukan segalaNya. Dan segala yang berasal dari Dia adalah selalu baik adanya. Serta tak ada sesuatupun yang tidak berasal dariNya. Tak juga sesuatupun luput dari pandangan dan kuasaNya. Oleh karena itu, segala yang terjadi di semesta ini adalah benang merahNya yang akan selalu memiliki hikmah.

Robbanaa maa kholaqta hadzaa baathilan.

0 comments:

Post a Comment