TENTANG ANDRE

Hasil gambar untuk GREENAku tidak pernah mengenalmu. Bahkan sampai sekarang, ketika nafasmu sudah tak berhembus lagi. Demikian dengan perangai dan sikapmu, aku tidak pernah tahu. Tapi kehilanganmu adalah juga sesuatu yang membuatku berduka.

Kau membuatku teringat kembali bahwa kematian bukan sesuatu yang berpedoman pada usia. Kapan saja ia bisa datang. Tanpa surat peringatan sebagaimana jika kita melakukan pelanggaran di kampus. Iya kan?
Sudah sering aku mendengar ayat Al Quran Kullu Nafs Dzaa-iqotul maut, setiap yang bernyawa akan mati. Tetapi jarang sekali aku dapat memaknainya dengan sungguh-sungguh; dan sekarang, kau membuatku benar-benar mengerti.
Rasanya terlalu cepat Ndre.
Kau pasti seusiaku.tengah asyik juga mendalami cerita dunia remaja yang menginjak dewasa. Tengah menjajaki kisah romansa antara pemuda-pemudi yang mencari pendamping hidupnya. Juga tengah mencari jati diri dan menentukan kearah mana akan berlari.
Ndre, rasanya baru kemarin (15 Desember) kau bertutur ria dalam IG bahwa kau sedang menikmati hidup bersama kawan-kawanmu dalam selebrasi kelas. Tidak ada raut sedih atahu sakitmu disana. Tetapi sekarang kau pergi begitu saja meninggalkan tutur ramah dan guyonan renyahmu.
Ndre,katanya kau sakit leukimia tingkat akut. Bukankah itu sakit? Mengapa kau tak pernah mengatakan kau sakit?
Memang leukimia penyakit yang sulit diobati. Tetapi setidaknya jika kau mengatakan, kau akan mendapatkan pengobatan dan jika Allah mengijabahi kau akan sembuh. Argh.. sudahlah. Semua ini sudah ketetapan. Mungkin itu yang akan kau katakan Ndre.
Seseorang mengatakan kepadaku bahwa dia pernah menyukaimu dulu. Aku tak tahu bagaimana tepatnya perasaannya ketika tahu bahwa kau telah tiada. Yang jelas akan lebih kehilangan daripada aku.
Tenanglah disana Ndre. Semoga Allah menempatkanmu di sisiNya: tempat yang paling mulia.
Sejatinya aku dan sahabatmu yang lainnya tengah menunggu waktu yang sama. Menanti malaikat Izrail datang menjemput.Yang kami semua tak tahu kapan itu terjadi.
Kau tahu Ndre, suatu kali aku pernah menangis. Waktu itu aku merasa tanda-tanda kematian telah mendekatiku. Aku menangis karena aku takut meninggalkan kedua orangtua dan sanak familiku. Aku belum sempat membahagiakan mereka dan amalku masih sangat sedikit. Aku memikirkan bagaimana jika aku pergi? Orangtuaku tentu akan sangat sedih, setidaknya ada banyak harapan yang mereka gantungkan dipundakku. Sebagai penerus keluarga, sebagai walad sholihah yang mendoakan kedua orangtuanya, dan sebagai kakak yang akan mengurus adik-adiknya.
Ndre, sekarangpun. Menulis ini membuatku menangis. Mungkin aku memang terlalu hubbud dunya. Aku belum bisa zuhud Ndre. Masih jauh dari kata zuhud.
Ndre, aku harus menyudahi suratku sampai disini.
Innalillahi wa inna ilaihi roji-un. Semoga kita semua khusnul khotimah. Semoga maghfiroh dan maunah Allah senantiasa menyertaI

0 comments:

Post a Comment