MEREKA TIDAK BERBEDA, HANYA UNIK

imageSaya pernah sekali mengenal seorang autis dan memiliki kesempatan 3 bulan dekat dengannya. Dia adalah penyandang Asperger Syndrome dan baru berumur 8 tahun. Penyandang Asperger umumnya memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Itu sebabnya mereka sering mendapat julukan Profesor.
Anak tersebut bernama Sultan Haidar Misbahul Ihsan. Biasa dipanggil Ihsan. Dia sangat lucu dan lovable. Aku sangat menyayanginya semenjak hari pertama mengenalnya, sudah seperti adik sendiri.
Tetapi kecerdasan dari seorang Autis seringnya tertutupi dengan sikap mereka yang Anti Sosial dan kurang dewasa. Sebagaimana anak autis lainnya, Ihsan lebih nyaman berada dengan dirinya sendiri. Setiap pagi ia sering sekali berdiri di samping kolam, sekedar untuk melihat ikan-ikan berenang atau memberi mereka makan dengan lumut yang menempel di bebatuan di sekitar kolam. Setiap istirahat, Ihsan lebih suka menghabiskan waktu untuk mengamati burung ataupun ayam di kandang. Ia akan bermain dengan temannya apabila temannya yang mendekati. Tetapi itu tidak selalu.
Untuk anak SD, bahasa inggris Ihsan bisa dibilang bagus. Pengetahuannya tentang negara-negara dan ibukota sangat baik. Begitu juga dengan wawasannya tentang benda-benda angkasa dan IT, bagus. Terkadang juga aku akan merasa sulit untuk menjawab pertanyaannya yang terkadang melampaui nalar anak SD kelas 2. Terlalu jauh.
Ihsan tidak suka terlalu lama berada di kelas. Dia beberapa kali membohongiku ingin buang air. Setelah izin keluar kelas ia akhirnya berlari-lari dan ngece aku. Aku hanya senyum dan mbatin. Tak apalah, asal dia bahagia.
Ihsan juga tidak suka dengan suara keras. Dia sangat peka dengan suara. Begitu juga dengan hal yang terlalu saklek. Untuk waktu tertentu akan sulit sekali untuk mengarahkan Ihsan mengerjakan tugas dari guru. Ketika dia tidak mau itu artinya dia benar-benar tidak mau. Sulit dipaksakan.
Tak jarang dia menangis ketika aku memaksanya mengikuti ekstra mengaji atau menggambar. Benar-benar harus pandai menghibur dan mencari alasan. Hal yang tidak logis tidak akan pernah diterima oleh Ihsan.
Biasanya aku akan membujuk dengan Ihsan mau tidak naik kelas? Ihsan ga pengen buat Uminya Ihsan bangga?
Dan dia akan selalu menjawab Ihsan mau buat Umi bangga Mbak Uswah. Ihsan mau naik kelas.
Bagaimanapun, autis bukanlah penyakit jiwa – hanya saja mereka memang berpikir dengan alur yang sedikit berbeda. Dimensinya sedikit lain.
Mbak Uswah rindu Ihsan :* semoga kelak Ihsan bisa tumbuh menjadi anak yang selalu membuat Ummi Diah bangga. Aamiin.

0 comments:

Post a Comment