Ya, aku
menulis ini untuk mengenangmu.
Manusia
memang tidak boleh mendahului kehendak Tuhan.
Tetapi
entah kenapa aku ragu bisa membersamaimu,
seperti Memo yang membersamai
Pepo,
Seperti
Ibu Hasri Ainun yang mendampingi Bapak Habibie.
Ya,
Tuhan tahu betapa aku sangat ingin berada di sampingmu.
Di depanmu
sama sekali tak kutunjukkan itu,
Tetapi di
depan Tuhanku,
Ia tahu betapa aku sangat mengiba untuk dapat membersamaimu.
Dalam
sujud yang mungkin tak sempurna,
Aku berdoa
- agar kebersamaan kita bukan hanya ada dalam angan saja.
Aku
bermimpi bisa menyeka keringat dan juga luka yang kelak akan menyapamu
Aku berdoa
agar ketika kau tersenyum, ada aku di sampingmu.
Dan ketika
kau butuh tempat berbagi, maka aku adalah orang pertama yang akan kau tuju
Ketika kau
butuh meminta pertimbangan, maka aku adalah orang pertama yang ada dalam
pikiranmu.
Ya,
Kau tahu -
mencintai tidaklah mudah. Dan menjaga cinta lebih susah.
Aku
berusaha untuk tidak memupuk rasa ini, karena entah kenapa aku ingin percaya
bahwa
Melepaskanmu adalah
yang terbaik bagiku.
Selalu ada
yang mengatakan, bahwa bersamamu adalah kemusykilan.
Selalu ada
yang mengatakan, "bukan tidak mungkin kau bisa bersama dia, tetapi kau perlu
lebih realistis."
Dan aku
pelan-pelan mencoba menjadi semakin realistis - agar aku tidak bermimpi untuk
bisa membersamaimu lagi.
Ya,
dalam sebuah hasrat untuk bisa menatap tegak tinggi tubuhmu dan mendengar
suaramu,
Aku
pelan-pelan mencoba menyadarkan diri bahwa aku sedang dalam suatu kondisi yang
salah.
Aku
berpikir, apa aku harus menerima orang lain sementara hatiku masih dipenuhi
olehmu?
Dan
akhirnya kujawab sendiri, Tidak!
Aku harus
melepaskanmu dulu.
Dan untuk
sementara waktu, sampai aku bisa melepaskanmu - maka aku ikhlas dengan
kesendirianku yang sudah sejak dari dulu.
Aku tidak
tahu apakah ini yang terbaik.
Apakah pilihan untuk menyendiri lebih baik.
Aku hanya
takut, ketika aku menerima orang lain di saat kau belum benar-benar hilang,
Maka yang
akan terjadi hanyalah sebuah proses saling menyakiti.
Ya,
Aku ingin
menyebut namamu berulang kali
Menulis
namamu berulang kali
Agar kau
segera datang ke mari, menemani
Tetapi aku
cukup mengerti.
Dan atas
semua pengertian dan proses melepaskan itu, aku menulis ini.
Sehingga
ketika kelak bukan namamu lagi yang ada di hati, aku bisa mengingat bahwa, aku
pernah melihatmu lebih.
Atau kelak
ketika ternyata kita ditakdirkan bersama, aku bisa mengingat, bahwa aku pernah
sangat putus asa untuk dapat bersamamu.
seperti ini.
xx
0 comments:
Post a Comment