Sajak Patah Hati (1): Mengapa Kutulis Ini



Gambar terkaitYa, aku menulis ini untuk mengenangmu.
Manusia memang tidak boleh mendahului kehendak Tuhan.
Tetapi entah kenapa aku ragu bisa membersamaimu, 
seperti Memo yang membersamai Pepo,
Seperti Ibu Hasri Ainun yang mendampingi Bapak Habibie.

Ya, Tuhan tahu betapa aku sangat ingin berada di sampingmu.
Di depanmu sama sekali tak kutunjukkan itu,
Tetapi di depan Tuhanku, 
Ia tahu betapa aku sangat mengiba untuk dapat membersamaimu.

Dalam sujud yang mungkin tak sempurna,
Aku berdoa - agar kebersamaan kita bukan hanya ada dalam angan saja.
Aku bermimpi bisa menyeka keringat dan juga luka yang kelak akan menyapamu
Aku berdoa agar ketika kau tersenyum, ada aku di sampingmu.
Dan ketika kau butuh tempat berbagi, maka aku adalah orang pertama yang akan kau tuju
Ketika kau butuh meminta pertimbangan, maka aku adalah orang pertama yang ada dalam pikiranmu.

Ya,
Kau tahu - mencintai tidaklah mudah. Dan menjaga cinta lebih susah.
Aku berusaha untuk tidak memupuk rasa ini, karena entah kenapa aku ingin percaya bahwa
Melepaskanmu adalah yang terbaik bagiku.

Selalu ada yang mengatakan, bahwa bersamamu adalah kemusykilan.
Selalu ada yang mengatakan, "bukan tidak mungkin kau bisa bersama dia, tetapi kau perlu lebih realistis."
Dan aku pelan-pelan mencoba menjadi semakin realistis - agar aku tidak bermimpi untuk bisa membersamaimu lagi.

Ya, dalam sebuah hasrat untuk bisa menatap tegak tinggi tubuhmu dan mendengar suaramu,
Aku pelan-pelan mencoba menyadarkan diri bahwa aku sedang dalam suatu kondisi yang salah.
Aku berpikir, apa aku harus menerima orang lain sementara hatiku masih dipenuhi olehmu?
Dan akhirnya kujawab sendiri, Tidak!

Aku harus melepaskanmu dulu.
Dan untuk sementara waktu, sampai aku bisa melepaskanmu - maka aku ikhlas dengan kesendirianku yang sudah sejak dari dulu.

Aku tidak tahu apakah ini yang terbaik. 
Apakah pilihan untuk menyendiri lebih baik.
Aku hanya takut, ketika aku menerima orang lain di saat kau belum benar-benar hilang,
Maka yang akan terjadi hanyalah sebuah proses saling menyakiti.

Ya,
Aku ingin menyebut namamu berulang kali
Menulis namamu berulang kali
Agar kau segera datang ke mari, menemani

Tetapi aku cukup mengerti.

Dan atas semua pengertian dan proses melepaskan itu, aku menulis ini.
Sehingga ketika kelak bukan namamu lagi yang ada di hati, aku bisa mengingat bahwa, aku pernah melihatmu lebih.

Atau kelak ketika ternyata kita ditakdirkan bersama, aku bisa mengingat, bahwa aku pernah sangat putus asa untuk dapat bersamamu.
seperti ini.

xx

0 comments:

Post a Comment