Hari ini aku
belajar untuk memahami orang lain. Belajar untuk memahami apa kemauan mereka,
dan bagaimana cara membuat mereka senang. Tetapi ternyata memang benar, kita
tidak bisa menyenangkan semua orang. Terlalu naif memiliki ambisi seperti itu.
Setiap kepala
memiliki isinya, dan isinya sudah pasti tidak sama. Tidak ada yang pernah mutlak
sama di dunia ini.
Kemudian aku
belajar untuk menentukan prioritas, siapa saja yang ingin kuperjuangkan, dan
siapa yang harus dilepaskan. Mustahil mengejar dua rusa dalam waktu bersamaan. Bukannya
menangkap dua-duanya, yang ada justru kehilangan keduanya.
Aku mengerti,
sekeras dan segigih apapun aku mencoba menghindari kekecewaan, baik
mengecewakan atau dikecawakan, aku tetap tidak pernah lepas dari proses kecewa.
Seperti sudah bawaan lahir. Harus dirasakan untuk membuat sesuatu menjadi
berarti. Setelah direnungkan, hidup tanpa tantangan, memang tidak mengasyikkan.
Pada dasarnya
manusia menyukai tantangan dan proses jatuh bangun, meski tidak sepenuhnya
disadari. Contoh kecil, kita rela datang ke sungai dengan arus besar, hanya
untuk bermain arum jeram. Basah-basahan. Kedinginan. Kelelahan. Kita juga
kadang dengan senang hati naik tornado. Dijungkir-balik sedemikian rupa di ketinggian.
Tak jarang setelahnya kita merasa mual, pusing, dan muntah. Tapi setelah sekian
waktu berlalu, kita malah dengan bodohnya mau naik lagi.
Iya, semua itu,
baik naik tornado atau bermain arum jeram, kita lakukan untuk memacu adrenalin.
Adrenalin membuat jantung kita berdebar. Dan kita menikmati itu. Kita bilang
seru. Bedanya, kalau di kehidupan yang diskenariokan Tuhan, kita tidak
mengharapkan akan dijungkir balik sedemikian rupa. Padahal intinya sama, kita dijatuhkan,
dihempas, ditolong, diberi petunjuk, tidak lain semuanya untuk membuat kita
menjadi penuh makna.
Tetapi sudah
barang tentu, melewatinya membutuhkan keberanian dan kepasrahan yang penuh. Sedikit
rasa putus asa, banyak harap, dan tawakkal, membuat prosesnya menjadi sempurna.
Sekali lagi, aku
mengerti, semua proses dan rasa dalam kehidupan ini tidak bisa dihindari. Harus
dilalui. Jadi, mari kita melaluinya saja. Setelah prioritas kita tentukan. Kita
bisa berjalan lurus ke depan. Berhenti kadang-kadang juga bukan masalah besar. kita
Cuma perlu bernafas sebentar untuk selanjutkan kembali berjalan.
Hammasah yaa. Bismillah bi-idznillah. Selagi kita adalah hamba Sang Maha Segala, maka apa yang perlu kita khawatirkan dan gusarkan?
0 comments:
Post a Comment