Dalam sebuah perjalanan panjang, ada berbagai cerita dan manusia yang bisa kita temui. Kadang kita tertawa dengan penuh rasa bahagia, kadang juga kita menangis dengan beberapa penyesalan dan rasa kecewa. Bagaimanapun, hidup ini menjadi sempurna dengan setiap warna yang kita temui di dalamnya.
Rasanya aku tidak ingin mengakui bahwa di beberapa bagian dalam hidup, aku pernah terjatuh dan tersungkur. Dan bahkan, mungkin akan terulang lagi di masa yang akan datang. Rasanya aku juga tidak ingin mengakui bahwa di sebagian titik dari garis panjang, aku pernah merasa insecure dan tidak percaya pada diri sendiri.
Kadang, hidup dengan sengaja membuat kita terjatuh berkali-kali. Di saat itu kita seolah menjadi besi yang tengah ditempa. Dipanaskan berkali-kali, dipukul berkali-kali, agar meleleh dan bisa dibentuk. Melewati fase itu memang tidak mudah. Bahkan sangat sulit. Terlebih ketika yang hilang adalah rasa percaya diri. Entah kenapa, di saat demikian, sebaik apapun kondisi di lingkungan kita, pandangan kita tetaplah tidak baik. Unfortunately kita mengenakan kacamata yang tidak tepat karena pengalaman-pengalaman yang telah lewat.
Unfortunately, sesak dan kecewa yang pernah kita timbun, membuat kita menjadi sedikit kehilangan kendali atas diri sendiri.
Keadaan itu menjadi semakin buruk, ketika orang-orang di sekitar kita bukannya memberi solusi, tetapi malah cenderung menyalahkan. Instead of calming they even judging. Tidak menyalahkan juga, karena manusia memang memiliki kecenderungan untuk mencari penyebab atas terjadinya sesuatu. Dan jika mereka jatuh pada satu kesimpulan, maka menyalahkan sebenarnya adalah cara mereka menunjukkan kasih sayang.
Tapi,
kita tahu kan?
Dipersalahkan itu tidak enak. Jadi jika seseorang datang kepadamu, jangan sekali-kali kau memukulnya dengan kata-kata yang menyudutkan, beri saja kata-kata yang menenangkan. Namun, jika sedikit pengingat dibutuhkan, maka sampaikan ia dengan penuh pengertian - tanpa tendensi menyalahkan. Biarpun masih tetap akan pahit, tetapi paling tidak kadar pahitnya berkurang.
Karena ada waktu, di mana kita sebenarnya cuma butuh kalimat, "tidak papa. Ini hanya proses. Kau bisa menjadi lebih baik setelahnya. kau hanya perlu melakukan ini dan itu."
Itu saja. begitu lebih baik daripada mencaci dengan alasan-alasan yang mungkin memang fakta, tetapi mencaci tidak akan memecahkan masalah bukan? justru memperkeruh suasana.
Kembali lagi.
Kehilangan rasa percaya diri. Kadang kita melihat kehidupan orang lain tampak bahagia, penuh warna. Padahal we do not know what they are going through their days. Kita cuma bisa melihat sebatas penglihatan indera mata. Selebihnya, kita tidak tahu. Kadang juga, kita melihat orang lain mencapai berbagai prestasi, dan kita tidak tahu, apa saja usaha yang telah dilakukannya, dan betapa dulu ia berdarah-darah untuk sampai ke sana.
Ah. Truly! Hidup ini sawang sinawang.
Akhirnya aku sampai pada suatu kesimpulan, It's okay to be insecure sometimes. Sepertinya itu memang fase wajar. Yang terpenting, insecurenya tidak lama-lama. Yang penting after fall pada fase itu, kita tidak memutuskan untuk berhenti. Asal berjalan, meski pelan, pasti akan ada sesuatu yang ditemukan.
Di satu waktu, ketika kita terpaksa kecewa karena ternyata kepercayaan kita tidak diindahkan, semoga kita bisa senantiasa berbesar hati dan memaafkan. Karena terkadang, kecewa bukan hal yang bisa dihindari. Satu hal lagi, semoga di lingkaran kita tidak ada salah paham, ya, dan tidak ada tokoh seperti sengkuni, yang bisa membuat hal-hal baik menjadi salah dipahami.
Dan..
Terimakasih telah bersedia lahir ke dunia dan tumbuh dengan baik. Kau adalah anugerah bagi banyak hati. Kehadiranmu membawa cinta, oleh karena itu kau harus tetap menjaga cinta itu dan menebarkannya di manapun berada. Kembangkan cinta itu sampai kau lupa bagaimana rasanya membenci. Karena hatimu terlalu berharga untuk di isi dengan kebencian. Jika suatu saat, ternyata kejadian demi kejadian menggiringku untuk membenci, maka ingatkan aku - bahwa cintaku kepadamu seharusnya cukup untuk menjadi penetral. Ingatkan aku bahwa hidupku terlalu singkat untuk sekedar diwarnai dengan kegundahan.
Selamat petang.
Rasanya aku tidak ingin mengakui bahwa di beberapa bagian dalam hidup, aku pernah terjatuh dan tersungkur. Dan bahkan, mungkin akan terulang lagi di masa yang akan datang. Rasanya aku juga tidak ingin mengakui bahwa di sebagian titik dari garis panjang, aku pernah merasa insecure dan tidak percaya pada diri sendiri.
Kadang, hidup dengan sengaja membuat kita terjatuh berkali-kali. Di saat itu kita seolah menjadi besi yang tengah ditempa. Dipanaskan berkali-kali, dipukul berkali-kali, agar meleleh dan bisa dibentuk. Melewati fase itu memang tidak mudah. Bahkan sangat sulit. Terlebih ketika yang hilang adalah rasa percaya diri. Entah kenapa, di saat demikian, sebaik apapun kondisi di lingkungan kita, pandangan kita tetaplah tidak baik. Unfortunately kita mengenakan kacamata yang tidak tepat karena pengalaman-pengalaman yang telah lewat.
Unfortunately, sesak dan kecewa yang pernah kita timbun, membuat kita menjadi sedikit kehilangan kendali atas diri sendiri.
Keadaan itu menjadi semakin buruk, ketika orang-orang di sekitar kita bukannya memberi solusi, tetapi malah cenderung menyalahkan. Instead of calming they even judging. Tidak menyalahkan juga, karena manusia memang memiliki kecenderungan untuk mencari penyebab atas terjadinya sesuatu. Dan jika mereka jatuh pada satu kesimpulan, maka menyalahkan sebenarnya adalah cara mereka menunjukkan kasih sayang.
Tapi,
kita tahu kan?
Dipersalahkan itu tidak enak. Jadi jika seseorang datang kepadamu, jangan sekali-kali kau memukulnya dengan kata-kata yang menyudutkan, beri saja kata-kata yang menenangkan. Namun, jika sedikit pengingat dibutuhkan, maka sampaikan ia dengan penuh pengertian - tanpa tendensi menyalahkan. Biarpun masih tetap akan pahit, tetapi paling tidak kadar pahitnya berkurang.
Karena ada waktu, di mana kita sebenarnya cuma butuh kalimat, "tidak papa. Ini hanya proses. Kau bisa menjadi lebih baik setelahnya. kau hanya perlu melakukan ini dan itu."
Itu saja. begitu lebih baik daripada mencaci dengan alasan-alasan yang mungkin memang fakta, tetapi mencaci tidak akan memecahkan masalah bukan? justru memperkeruh suasana.
Kembali lagi.
Kehilangan rasa percaya diri. Kadang kita melihat kehidupan orang lain tampak bahagia, penuh warna. Padahal we do not know what they are going through their days. Kita cuma bisa melihat sebatas penglihatan indera mata. Selebihnya, kita tidak tahu. Kadang juga, kita melihat orang lain mencapai berbagai prestasi, dan kita tidak tahu, apa saja usaha yang telah dilakukannya, dan betapa dulu ia berdarah-darah untuk sampai ke sana.
Ah. Truly! Hidup ini sawang sinawang.
Akhirnya aku sampai pada suatu kesimpulan, It's okay to be insecure sometimes. Sepertinya itu memang fase wajar. Yang terpenting, insecurenya tidak lama-lama. Yang penting after fall pada fase itu, kita tidak memutuskan untuk berhenti. Asal berjalan, meski pelan, pasti akan ada sesuatu yang ditemukan.
Di satu waktu, ketika kita terpaksa kecewa karena ternyata kepercayaan kita tidak diindahkan, semoga kita bisa senantiasa berbesar hati dan memaafkan. Karena terkadang, kecewa bukan hal yang bisa dihindari. Satu hal lagi, semoga di lingkaran kita tidak ada salah paham, ya, dan tidak ada tokoh seperti sengkuni, yang bisa membuat hal-hal baik menjadi salah dipahami.
Dan..
Terimakasih telah bersedia lahir ke dunia dan tumbuh dengan baik. Kau adalah anugerah bagi banyak hati. Kehadiranmu membawa cinta, oleh karena itu kau harus tetap menjaga cinta itu dan menebarkannya di manapun berada. Kembangkan cinta itu sampai kau lupa bagaimana rasanya membenci. Karena hatimu terlalu berharga untuk di isi dengan kebencian. Jika suatu saat, ternyata kejadian demi kejadian menggiringku untuk membenci, maka ingatkan aku - bahwa cintaku kepadamu seharusnya cukup untuk menjadi penetral. Ingatkan aku bahwa hidupku terlalu singkat untuk sekedar diwarnai dengan kegundahan.
Selamat petang.
0 comments:
Post a Comment