MEMOAR UNTUK KITA KENANG (2)

Ket: gambar diambil dari Pinterest



2 Januari 2020

Mari kita mulai cerita malam ini dengan sebuah pertanyaan.
Apakah aku menyukai orang yang salah?
Tidak mudah bagiku untuk menjawab. Karena sudah berulang kali kukatakan, bahwa perasaan bukan sesuatu yang bisa diatur-atur dengan tombol on dan off. Aku menyukaimu itu bukan kehendakku.

Aku terbangun di suatu pagi, dan tanpa sadar rasa ini telah tertanam di dalam hati. Kian hari kian mekar. Tak bisa dihentikan pertumbuhannya yang bak jamur di musim hujan. Mula-mula rasa itu hanya sebuah biji kecil. Lalu tumbuh, semakin berakar, muncullah daun, lalu bunga-bunga juga ikut bermekaran.

Seperti bunga melati yang kutanam di samping rumah di hari hujan, rasa itu saat ini kian subur dan tak bisa dicerabut dari tempatnya tumbuh. Jadi biar kutegaskan lagi, perasaan ini ada bukan karena aku menginginkannya, tetapi ia ada dan tumbuh begitu saja. Tanpa bisa aku bendung.

Kau tahu, aku menyukaimu sedalam aku menyukai tumbuhan dan buku. Antara kalian bertiga tidak ada yang bisa kupilih. Kalian bertiga sama pentingnya. Buku membantuku membuka mata, tumbuhan membantuku bernafas karena oksigen yang ia sumbangkan, dan kau - Kau banyak membantuku dalam mewarnai dan memaknai hidup, meski kau tak menyadari itu.

Aku hanya berpikir, alangkah baiknya jika aku bisa berbicara kepadamu secara langsung, tidak hanya melulu melalui tulisan. Alangkah baiknya jika kita membicarakan sesuatu yang kita senangi bersama. Tertawa bersama, diam bersama, kikuk bersama. Semua itu lebih baik dibanding pembicaraan yang searah ini.

Tetapi baiklah. Tak mengapa. Jika bertemu nanti, tentu kita akan berbicara. Meski menyoal sesuatu lainnya, di luar rasa.

0 comments:

Post a Comment