(SUROSO 14) TENTANG SANDER

Siangnya. Pada hari itu juga –beberapa jam setelah kerusuhan terjadi–, sesudah memastikan bahwa keadaan cukup aman untuk pergi, beberapa tentara mengantarkan para jurnalis itu kembali ke Dili. Mereka tidak lagi diangkut menggunakan mobil pick up seperti ketika mereka berangkat kemarin. Saat ini mereka naik mobil ambulan, beserta 3 jenazah pekerja UNHCR dan jenzah Sander yang akan segera diterbangkan ke negara masing-masing. Sementara 7 jenazah lainnya, yang juga menjadi korban kerusuhan, disemayamkan di kampung halaman mereka, zona X.
Dalam perjalanan, Nuha tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia enggan berbicara. Ia hanya memandang keluar jendela mobil. Melihat ilalang yang meninggi, dan hamparan laut yang membiru. Syahdu tapi bisu. Indah tapi tak dapat diajak bercengkrama dan tertawa.
Sekilas, Nuha melihat gereja Katholik Roma di persimpangan jalan. Nampak bersahaja dari kejauhan. Nuha tersenyum, tetapi beberapa tetes air mata mengalir dari kedua kelopaknya. Nuha masih ingat, selama berada di Dili, Sander giat mengunjungi gereja itu tiap-tiap minggu atau setiap kali merasa tidak tenang. Sander adalah seorang Katholik yang taat. Seseorang yang toleran dan tidak pernah memaksakan kebenarannya sendiri.
Nuha menyeka air matanya, ia mengalihkan pandangannya. Menguatkan hatinya. Dan tersenyum untuk alasan-alasan tertentu agar luka di dalam dirinya tak terlalu mencuat. Samar-samar, pada jarak yang cukup jauh, ia mulai melihat kamp darurat tentara yang sudah akrab baginya.
Beberapa jam berikutnya, tidak ada lagi kamp-kamp yang terlihat. Nuha, Lindsey, dan Aji sudah berada di dalam pesawat. Terbang menuju Melbourne untuk mengantar jenazah Sander. Jenazah itu berada di dalam peti, di bagian lain pesawat, dan akan dimakamkan di kampung halaman Sander.
“Sander orang baik. Tak menyangka akan secepat ini.“ Aji menoleh ke arah Nuha yang tengah sibuk memandang ke luar jendela.
Nuha mengangguk, ia hening sejenak, “Orang baik memang biasanya cepat berpulang.“ ia menoleh ke arah Aji. Tersenyum.
Aji ikut tersenyum.


***

0 comments:

Post a Comment